Liputan6.com, Jakarta Fitur anti lock braking system (ABS) memang sudah cukup masif dan terpasang di berbagai produk roda dua dan empat Indonesia. Namun begitu jumlahnya memang masih sedikit ketimbang kendaraan non-ABS. Biasanya harga kendaraan ber-ABS memang lebih mahal.
Salah satu kendala dalam memasyarakatkan ABS adalah ia tidak bisa dipasang sendiri, layaknya komponen aftermarket lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Hal ini jelas bukan tanpa sebab. Tatsuru Nawata, Manajer Robert Bosch Automotive, mengatakan bahwa sebetulnya ide untuk menjual ABS di pasar aftermarket sudah lama dipikirkan. Namun karena satu dan lain hal, tidak bisa direalisasikan.
"Ide ini sudah kami pikirkan, tapi tidak bisa dilakukan. Konsumen kami, dalam hal ini pabrikan, harus memastikan safety dan performanya," ujar Nawata, dalam konferensi pers tahunan Bosch Indonesia yang dihelat di Jakarta, Selasa (25/7/2017).
Jika pemasangan ABS dilakukan sendiri oleh konsumen akhir (masyarakat), faktor safety dan performa tidak bisa diawasi.
Selain itu, kalaupun faktor keselamatan dan performa dipinggirkan, komponen ini tetap tidak bisa dipasang sendiri. Sebab ia berkaitan dengan teknologi yang cukup canggih.
"Secara teknis juga tidak bisa pemasangan sendiri karena teknologinya cukup banyak. Berkaitan dengan sensor-sensor dan perangkat lunak," sambung pria asal Jepang ini.
ABS adalah komponen yang dipasang pada sistem pengereman untuk mencegah rem mengunci. Komponen ini sangat penting, terutama untuk mencegah kendaraan slip, bahkan jatuh, di jalanan licin. Cara kerjanya adalah dengan "mengocok" kampas rem secara komputerisasi.
Â
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini: