Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah bekerja sama dengan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), dan penerbit kartu uang elektronik (E-Toll) mengratiskan pembelian E-Toll. Biaya kartu sebesar Rp 20 ribu, tidak lagi dibebankan ke masyarakat dan ditanggung oleh BPJT dan bank.
Jadi, ketika konsumen membeli E-Toll di pintu tol, hanya harus membayar dengan saldo yang diinginkan.
Advertisement
Baca Juga
Seperti ditayangkan Liputan6 Petang SCTV, Senin (16/10/2017), dengan ini 1,5 juta kepingan uang elektronik diharapkan bisa tersalurkan ke seluruh Indonesia. Dengan kebijakan kartu gratis di beberapa pintu tol di Jakarta, pembelian kartu uang elektronik mengalami peningkatan.
Seperti yang terlihat di Pintu Tol Semanggi Dua, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Selain melayani pengguna tol yang hendak melintas, petugas tol juga melayani pembelian kartu uang elektronik.
Hal yang sama juga terlihat di Pintu Tol Kuningan Satu, Jakarta Pusat. Bahkan di pintu tol juga sudah diumumkan bahwa sejak 31 Oktober 2017 nanti, transaksi tunai tidak lagi dilayani.
Direktur Program Elektronifikasi Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI), Pungky Purnomo Wibowo menjelaskan, program ini untuk mendukung transaksi nontunai di jalan tol.
"Gratis kartu tol Rp 20 ribu, bukan saldo, saldo tetap bayar," kata dia seperti dikutip dari Bisnis Liputan6.com di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Punky menjelaskan, program ini akan berlangsung hingga 31 Oktober 2017, dan program ini sudah menjadi kesepakatan antara bank dan BUJT.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Modus Baru Pencurian Uang Elektronik
Penggunaan uang elektronik (e-Money) di jalan bebas hambatan atau tol mulai diterapkan pada pertengahan Oktober 2017. Meski begitu, berbagai peristiwa terjadi pasca penerapan kartu yang disebut E-Toll tersebut, mulai dari pengemudi ngotot tetap menggunakan uang tunai, hingga mesin E-Toll mengalami masalah.
Namun, penggunaan uang elektronik juga ternyata dapat mengundang aksi kejahatan. Tak terkecuali di jalur bebas hambatan.
Tak percaya? Hal itu dialami seorang warganet dengan nama Runny Belle yang membagi pengalamannya ke akun Instagram pribadinya @runnybelle
Cerita tersebut diawali kala Runny Belle dan sang suami, pada 15 Oktober 2017 hendak pulang ke rumahnya melalui Jakarta setelah melakukan perjalanan dari Puncak, Bogor, Jawa Barat.
Saat masuk gerbang tol Jakarta Outer Ring Road, Runny Belle ikut antre di pintu masuk GTO. Namun saat itu, ada seorang pengendara mobil Honda Freed dengan pelat nomor B 1339 SKD keluar dan mengetuk kaca.
Ternyata, dia ingin melakukan tapping menggunakan E-Toll, tapi saldo yang dimilikinya sudah habis. Alhasil, dia meminjam kartu E-Toll Runny Belle dan membayar langsung kepadanya.
"Harusnya, normalnya kan si penumpang itu setelah pinjam, nge-tap, terus balikin lagi dong yaa. Eh tiba-tiba habis mobil yang pinjem e-money gue nge-tap di GTO, tuh mobil langsung gas poll,” ungkap Runny Belle.
Tak pelak, suami Runny Belle yang akhirnya meminjam dan membayar E-Toll milik mobil di belakangnya. Dia pun langsung tancap gas dan aksi kejar-kejaran terjadi hingga berakhir saat hendak masuk Gerbang Tol Cikampek lantaran macet.
Dengan berbagai alasan, kartu E-Toll yang dibawa lari itu akhirnya dikembalikan. Namun, kasus ini sebenarnya belum berakhir karena kartu E-Toll yang diserahkan telah ditukar dengan milik pelaku.
E-Toll yang tadinya memiliki saldo Rp 150 ribu menjadi tinggal Rp 2 ribu. Tentu saja ini merugikan Runny Belle.
"Bayangin saja, misal 1 kartu E-Toll isinya minimal Rp 50 ribu. 10 mobil yang di kerjain sama dia sehari dia bisa dapat Rp 500 ribu," ucapnya.
Advertisement