Harga Bus Listrik Lokal MAB Lebih Murah dari Produk Luar, Berapa?

PT Mobil Anak Bangsa yang memproduksi bus listrik gagasan Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, sudah memasuki tahapan prototipe II.

oleh Yurike Budiman diperbarui 03 Mar 2018, 12:12 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2018, 12:12 WIB
Bus listrik Moeldoko buatan PT Mobil Anak Bangsa
Kepala Staff Kepresidenan Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko dan bus listrik gagasannya di GIICOMVEC 2018

Liputan6.com, Jakarta - PT Mobil Anak Bangsa yang memproduksi bus listrik gagasan Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, sudah memasuki tahapan prototipe II. 

Rencananya, bus listrik yang dinamakan Maxvel tersebut siap diproduksi massal pada pertengahan tahun ini.

Untuk harganya, Moeldoko belum bisa mengatakannya secara pasti, tapi tidak akan lebih dari Rp 5 miliar.

"Yang jelas jauh lebih murah dari (bus listrik) di luar. Saya belum bisa pastikan. Tapi antara US$ 300 ribu, enggak sampai Rp 5 miliarlah," katanya di JCC, Kamis (1/3/2018).

Sementara itu, untuk produksi nantinya akan mencapai 30-40 unit per bulan. Ia juga menargetkan bus listrik ini nantinya bisa menyerap komponen lokal di atas 60 persen.

"Saat ini, prototipe kedua bus listrik MAB sudah memiliki kandungan lokal sebesar 45 persen," pungkasnya.

Moeldoko Bantah Bus Listrik MAB sebagai Bentuk Strategi Politik

PT Mobil Anak Bangsa (MAB) menghadirkan Prototipe II bus listriknya pada ajang Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (GIICOMVEC) 2018. Diketahui bus listrik yang dinamakan Maxvel ini merupakan buah gagasan dari Kepala Staff Kepresidenan Jenderal TNI (Purnawirawan) Moeldoko.

Terkait bus listrik karya Mobil Anak Bangsa, di Indonesia, Moeldoko mengaku, dirinya mengembangkan apa yang dipikirkan Presiden Joko Widodo tentang mobil listrik. Tak sedikit juga yang beranggapan proyek ini menjadi salah satu strategi politik, yang kebetulan diperkenalkan saat masuk tahun politik menjelang Pemilu 2019.

Menanggapi hal itu, Moeldoko mengaku langkahnya ini merupakan murni bisnis.

"Nanti kan masyarakat yang menilai. Orang ini bisnis murni kok, mengeksploitasi, mengeksplorasi, kemampuan anak-anak Indonesia. Masa enggak boleh berkarya kita? Jangan kita sedikit-dikit Jepang, Korea," ujarnya kepada wartawan saat ditemui di JCC, Kamis (1/3/2018) malam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya