Liputan6.com, Jakarta - Era kendaran listrik jamak dikembangkan dan diterapkan di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Dengan kendaraan listrik, hal ini disebutkan sebagai transisi menuju era lebih modern, bersih dan ramah lingkungan.
Munculnya kendaraan-kendaraan berteknologi listrik hal itu membuat sejumlah kalangan memberikan berbagai asumsi ataupun prediksi-prediksi di masa depan, sehingga akan mengalami perubahan sangat signifikan.
Advertisement
Baca Juga
Beberapa prediksi yang muncul seperti bengkel mobil akan hilang, kemudian sejumlah part atau komponen biasa digunakan justru tak lagi diterapkan, termasuk keberadaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) digantikan Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU).
Munculnya kendaraan listrik juga diprediksi hanya butuh 10 menit untuk melepas dan mengganti motor listrik, atau jika motor listrik rusak maka tidak diperbaiki di dealer, melainkan dilakukan reparasi bengkel regional dengan robot.
Tak sampai disitu, pabrikan-pabrikan otomotif mulai mengembangkan mobil yang dilengkapi kecerdasan buatan, otonom, bahkan lainnya. Selain itu, munculnya aplikasi jasa antar jemput, memungkinkan ke depan masyarakat tak membeli mobil melainkan memanfaatkan fasilitas tersebut.
Perihal prediksi kendaraan listrik di masa depan, Direktur Pusat Unggulan Iptek Sistem dan Kontrol Otomotif (PUI SKO) I Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Muhammad Nur Yuniarto angkat bicara.
Nur tak menampik ada beberapa hal yang dibenarkan, namun tidak menutup kemungkinan masih ada yang diterapkan di masa depan. Menurutnya, tentang kendaraan otonom, SPBU hilang diganti dengan listrik merupakan sebagian bagian dari konsekuensi.
“Kalau kita beralih ke listrik, kalau bengkel ada juga, cuma bengkel-bengkel hanya yang layanannya saja berbeda. Seperti kendaraan listrik mungkin lebih berbeda pada mesin penggerak. Tapi untuk aksesorisnya masih sama,” kata Nur yang juga merupakan Ketua Laboratorium Mobil Listrik Nasional ITS kepada Liputan6.com, Rabu (12/12/2018).
Selanjutnya
Sementara untuk pabrik otomotif yang menggunakan tenaga robot, Nur yang juga kepala tim pengembangan sepeda motor listrik Gesits tak menampik hal itu akan terjadi. Kata Nur, pabrikan otomotif atau lainnya di luar negeri sudah dibantu robot.
“Karena industri 4.0. Jadi ya itu sebagai usaha manusia untuk melakukan efisiensi, daripada menggunakan tenaga manusia. Di beberapa tempat sudah full automatic, dikerjakan robot semua,” ucapnya.
Namun bukan tak mungkin pabrikan otomotif yang tak menjual produknya secara masal, tetap mempertahankan perakitan mobil yang menggunakan tangan terampil manusia. Hal itu untuk menjaga kesan eksklusif.
Salah satu merek mobil mewah yang masih menerapkan sistem hand made yaitu Rolls-Royce. Mereka membuat mobil tidak untuk massal, melainkan terbatas dan sesuai keinginan konsumen.
Advertisement