6 Kelebihan Mobil Konvensional Dibanding Mobil Listrik, Apa Saja?

Keberadaan mobil listrik diyakini dapat memberikan kontribusi yang lebih baik untuk lingkungan. Tak heran jika pabrikan otomotif berlomba-lomba mengembangkan mobil listrik.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Agu 2019, 04:03 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2019, 04:03 WIB
Toyota
Toyota Prius. (Arief / Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan mobil listrik diyakini dapat memberikan kontribusi yang lebih baik untuk lingkungan. Tak heran jika pabrikan otomotif berlomba-lomba mengembangkan mobil listrik.

Meski tak sebanyak di luar negeri, beberapa orang di Indonesia sudah menggunakan mobil listrik. Sebut saja Ketua DPR RI Bambang Soesatyo dan Anggota DPR RI Ahmad Syahroni yang sama-sama memiliki Tesla.

Tapi, menurut Topspeed, hanya karena sedang ngetren, bukan berarti mobil listrik selalu lebih baik ketimbang mobil berbahan bakar fosil. Atau, lebih sederhananya, mobil berbahan bakar bensin dan kawan-kawannya.

Justru kebalikannya, mobil konvensional akan tetap terus dipakai sekalipun revolusi mobil listrik terjadi. Kendaraan listrik memberikan keuntungan, tapi di sisi lain mereka tetap butuh perjuangan untuk membuktikan diri, bahwa mobil listrik lebih baik ketimbang mobil konvensional.

Setidaknya ada enam alasan mengapa mobil konvensional masih lebih baik ketimbang mobil listrik.

 

 

Jarak Tempuh

Mobil listrik memiliki jarak tempuh yang terbatas, sesuai dengan kapasitas baterai yang dipakai. Jika memakai mobil listrik yang cukup mahal, seperti Tesla bisa saja dipakai jarak jauh. Tapi tak semua merek mobil bisa memberikan penawaran tersebut.

 

Stasiun Pengisian

Jika dibandingkan, stasiun pengisian bensin dan charging station memilki rasio perbandingan 1.000:1. Itu artinya, keberadaan charging station yang jarang itu membuat mobil listrik juga tak bisa dikendarai ke sembarang tempat. Apalagi untuk perjalanan jauh.

Waktu

Para pemegang prinsip waktu adalah uang, bisa jadi akan terus merasa merugi. Untuk mengisi baterai mobil secara penuh, bisa membutuhkan waktu hingga 8 jam. Apalagi jika memakai charger level 1 atau level 2.

Sistem pengisian daya cepat sebenarnya ada. Biasanya, yang ditawarkan selama 30 menit untuk mengisi 80 persen daya baterai. Tapi tetap saja itu tidak penuh. Dan hal ini masih menjadi hal yang tak bisa dikompromikan untuk sebagian orang.

Biaya Baterai

Mobil listrik memang tak perlu anggaran dana untuk membeli bahan bakar. Tapi bukan berarti pemiliknya bisa benar-benar berhemat. Paket baterai contohnya, sangat mahal harganya.

Paket baterai Tesla Model 3 memiiki harga USD190 per kWh. Sedangkan baterai Chevrolet Bolt kira-kira memiliki harga USD205 per kWh. Total jika mengganti baterai, butuh biaya sekitar USD 12.000 hingga USD 20.000 atau Rp 170 jutaan hingga Rp 284 jutaan.

Hingga kini belum ada yang menyebutkan berapa umur baterai mobil listrik. Atau kapan mereka harus diganti.

Harga

Mungkin memiliki mobil lisrik di Amerika Serikat atau banyak negara Eropa bukan masalah besar. Sebab mereka sudah memiliki infrastruktur yang baik dan ada insentif untuk mobil listrik. Tapi hal itu tidak berlaku di semua negara.

Kasus lain yang mungkin terjadi adalah pemerintah di suatunegara bisa saja mengenakan pajak yang lebih tinggi untuk mobil listrik. Sehingga membuat harganya jauh lebih mahal.

Butuh Fosil

Mobil listrik memang tak menghasilkan emisi karbon. Tapi di balik itu semua, mobil listrik tetap butuh bahan bakar fosil.

Energy Information Administration mengungkapkan bahwa 67 persen listrik di Amerika dihasilkan dari bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil yang sama seharusnya tidak digunakan mobil listrik.

Maka, kendaraan listrik butuh fosil. Termasuk batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Sebab, tanpa fosil listrik tak ada, kecuali menghasilkannya dengan cara lain selain memakai fosil.

Sumber: Otosia.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya