Liputan6.com, Jakarta - Pertengahan 2000, pabrikan asal Jerman ini pernah menguji hidrogen (fuel cell) pada Seri-7, tapi produknya tak kunjung muncul ke pasaran. Terbaru, BMW kembali melakukan hal sama pada X5.
Ya, sebelumnya BMW pernah memamerkan mobil konsep i Hydrogen Next berbasis X5 di Frankfurt Motor Show tahun lalu.
Mereka memastikan akan memproduksi sejumlah unit pada 2022. Tujuannya tak lain untuk kepentingan riset. Namun, saat itu, belum ada informasi lebih lengkap terkait spesifikasinya.
Advertisement
Baca Juga
Pengembangan dilakukan bersama Toyota. Kerjasama keduanya sudah berlangsung lama, sejak 2013. Adapun tenaga puncak yang disemburkan mencapai 374 PS, hasil dari kombinasi motor listrik dengan sistem fuel cell.
Powertrain elektrik berasal dari unit yang bakal tersemat pada iX3 anyar. Dilengkapi baterai 74 kWh, komponen itu dapat memproduksi 286 PS dan torsi 400 Nm ke roda belakang. Sementara, sistem fuel cell yang dibuat bersama Toyota mampu menghasilkan 170 PS.
Untuk menyuplai bahan bakar ke sistem fuel cell, BMW membenamkan dua tangki bertekanan 700 bar, yang masing-masing menampung 6 kg hidrogen. Ketika habis, pengguna bisa mengisinya dalam waktu singkat, sekitar 3-4 menit. Sama seperti kendaraan mesin bakar konvensional.
Kabar gembiranya, BMW menargetkan mobil hidrogen bisa segera berwujud model produksi pada 2025. Namun, itu bergantung pada kondisi dan permintaan pasar. Apalagi BMW punya tugas untuk meramahkan harga jualnya.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Bukan Mobil yang Murah
Saat ini kendaraan berbahan bakar hidrogen terbilang tak murah. Bahkan lebih mahal dari mobil listrik hybrid atau full listrik.
Bila rintangan itu sudah berhasil diatasi, produk canggih itu bisa dengan mudah diterima masyarakat dunia. Bahkan, tak menutup kemungkinan penggunaan jenis bahan bakar itu ke sektor lain.
"Dalam pandangan kami, hidrogen, pertama-tama harus diproduksi dalam jumlah yang cukup dengan harga kompetitif. Kemudian baru digunakan ke sektor yang secara tidak langsung dapat dielektrifikasi, seperti transportasi heavy duty jarak jauh," kata Klaus Fröhlich, Anggota Dewan Manajemen BMW AG, Research and Development dalam keterangan resmi.
BMW pun tak ingin terburu-buru. Lagi pula, tak cuma tugas di atas, infrastruktur pendukung dinilai juga kurang. Di Eropa sendiri, jumlah fasilitasnya sangat tak memadai, seperti stasiun pengisian bahan bakar dan pemasok belum banyak.
"Walau begitu, BMW Group akan terus melanjutkan pengembangannya di teknologi fuel cell. Perusahaan memanfaatkan waktu yang ada sampai infrastruktur dan pasokan hidrogen yang diproduksi secara berkelanjutan tersedia untuk mengurangi biaya pembuatan sistem powertrain secara substansial," tutupnya.
Sumber: Oto.com
Advertisement