Menyetir Mobil Setelah Makan Siang Itu Berbahaya, Ini Penjelasannya

Namun tahukah Anda, ternyata ada juga yang menyarankan usai makan siang dilarang mengemudi, kenapa demikian?

oleh Arief Aszhari diperbarui 30 Jun 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2020, 09:00 WIB
Wanita di balik Setir Kemudi
kini semakin banyak 'srikandi' modern yang mengendarai mobil, baik itu mobil pribadi ataupun berprofesi menjadi supir

Liputan6.com, Jakarta - Mengemudikan mobil merupakan kegiatan yang penuh dengan risiko. Pasalnya, jika sudah turun ke jalan, berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi, seperti kecelakaan lalu lintas yang bahkan dapat menyebabkan kehilangan nyawa.

Dengan begitu, mengemudikan mobil dibutuhkan konsentrasi yang ekstra. Bahkan, hal tersebut tercantum dalam pasal 106 ayat 1, junto pasal 283 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 200 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Dalam peraturan tersebut, berbunyi setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi".

Sementara pasal 283 yaitu orang yang melanggar pasal 106 ayat 1 bisa dipidana dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak Rp 750 ribu.

Perlu digarisbawahi, konsentrasi yang dimaksud adalah pengemudi tak boleh mengemudi sembari melakukan aktivitas lain.

Namun tahukah Anda, ternyata ada juga yang menyarankan usai makan siang dilarang menyetir mobil, kenapa demikian?

Dilansir IndiaTimes, efek perut kenyang sama membahayakannya dengan saat menyetir di bawah pengaruh alkohol. Kenyang menyebabkan kadar gula naik, jumlah kalori meningkat dan rasa kantuk datang.

Akan lebih berbahaya lagi jika menu yang disantap adalah menu tinggi kalori, tinggi karbohidrat, rasa kantuk sulit sekali dibendung.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian terhadap 12 orang pria di Universitas Loughborough. Para partisipan dibagi menjadi dua. Pertama, mereka yang mengonsumsi makanan tinggi kalori dan karbohidrat. Sedangkan partisipan kedua adalah yang rendah kalori dan karbohidrat.

Kedua partisipan memiliki jam tidur yang sama di malam hari, sehingga tidak ada kemungkinan kantuk disebabkan kurang tidur.

Selama beberapa hari, setiap jam makan siang berakhir mereka diminta menjalankan simulasi mengemudi selama kurang lebih dua jam lamanya.

 

Mengantuk

Hasilnya, mereka yang usai menyantap makanan tinggi kalori dan karbohidrat mudah mengantuk dan konsentrasinya menurun saat mengemudi. Sebaliknya, mereka yang menu makan siangnya rendah kalori dan karbohidrat mengemudi dengan penuh konsentrasi dan tidak mengantuk.

"Selain meningkatkan kadar gula di dalam darah, menu tinggi kalori dapat memicu hormon cholecystokinin," ungkap Louise Reyner, salah satu ilmuwan.

Hormon cholecystokinin ini dapat membuat tubuh terasa lemah dan lesu, inilah mengapa konsentrasi saat melakukan kegiatan apapun jadi menurun.

Untuk mengurangi resiko kecelakaan di jalan, lebih baik mengonsumsi menu yang rendah kalori dan karbohidrat. Serta tidak langsung memaksakan diri menyetir jarak jauh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya