Baterai Lithium-Ion Dianggap Lebih Aman dan Efisien, Begini Penjelasannya

Baterai nikel tidak terlalu efisien sehingga diperlukan bahan dan teknik lain agar lebih efisien

oleh Arief Aszhari diperbarui 27 Jan 2021, 06:07 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2021, 06:07 WIB
Lithium Ion Battery
Universitas Sebelas Maret (UNS) berhasil memproduksi Lithium Ion Battery (LIB) untuk penggerak motor listrik yang hemat dan murah. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Bateraiyang digunakan kendaraan listrik di dunia terdiri dari beberapa jenis. Pada umumnya, baterai terbuat dari bahan dasar nikel yang sudah dipercaya dan digunakan sejak dulu.

Melansir laman resmi Hyundai, baterai ini tentunya memiliki performa yang baik. Namun, ada beberapa kelemahan dari baterai berbahan dasar nikel yang tidak bisa diatasi, seperti efisiensinya yang cukup rendah dan kepadatan energi yang sedikit.

Baterai berbahan dasar nikel sendiri tidak bisa bertahan lama ketika dicas dan digunakan terus menerus. Semakin sering siklus tersebut terjadi, kekuatan voltasenya akan menurun dan baterai tersebut pun melemah.

Dengan kata lain, baterai nikel tidak terlalu efisien sehingga diperlukan bahan dan teknik lain agar lebih efisien, apalagi ketika berbicara tentang baterai mobil listrik yang cukup berat dalam menggunakan baterainya.

Dengan begitu, kini mulai banyak digunakan baterai bermodel lithium-ion yang jauh lebih modern. Kenapa modern?

Pasalnya, baterai ini bisa menyelesaikan seluruh masalah yang disebutkan di atas. Salah satu yang terpenting juga, baterai ini sanggup mengalami banyak siklus cas dan penggunaan sehingga lebih tahan lama.

Dengan teknologi baterai tersebut pula, komponen baterai dari mobil listrik Hyundai tidak perlu diragukan dalam ketahanan dan efisiennya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

125 Ribu Mobil Listrik Diperkirakan Terjual di Indonesia Tahun Ini

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan sebanyak 125 ribu unit mobil listrik dan 1,34 juta motor listrik bisa mengaspal pada 2021.

Dengan jumlah tersebut, diharapkan ada potensi pengurangan konsumsi BBM sebanyak 0,44 juta kiloliter per tahun.

Guna mempercepat laju pertumbuhan kendaraan listrik, infrastruktur dan segala hal yang berkaitan pun disiapkan.

"Untuk mendorong percepatan KBLBB, telah diterbitkan Permen ESDM Nomor 13 Tahun 2020 tentang Penyediaan Infrastruktur Pengisian Listrik untuk KBLBB yang mengatur standar, keselamatan serta ketentuan ketenagalistrikan, termasuk tarif dan insentif," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, dikutip dari Antara, Selasa (19/1/2021).

Lanjut Arifin, pada 2021 pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) diproyeksikan mencapai 572 unit dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) sebanyak 3.000 unit.

"Pada 2020 terbangun 180 unit SPKLU dan diharapkan sampai 2030 akan terbangun 31.859 unit SPBKLU," kata Menteri ESDM.

Infografis 4 Hal Positif untuk Kesembuhan Pasien Covid-19

Infografis 4 Hal Positif untuk Kesembuhan Pasien Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 4 Hal Positif untuk Kesembuhan Pasien Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya