Liputan6.com, Jakarta - Sunday Morning Ride (sunmori) sudah menjadi aktivitas rutin bagi sebagian bikers. Namun, kegiatan berkumpul dan melakukan perjalanan dari satu titik menuju titik lainnya itu sering dilakoni oknum bikers dengan tanpa mengindahkan cara berkendara yang aman dan tidak mematuhi peraturan lalu lintas.
Aksi kebut-kebutan di jalan, arogansi, hingga menimbulkan kecelakaan dan merugikan diri sendiri dan orang lain sering terdengar saat para pecinta roda dua ini melakukan kegiatan Sunmori.
Baca Juga
Menanggapi hal tersebut, Chief Instructor of Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu menyampaikan imej yang melekat di dalam Sunmori, seperti yang sudah disebutkan, yaitu ugal-ugalan, tidak mematuhi peraturan lalu lintas, dan sikap arogan berawal dari ketidakpahaman terkait group riding atau konvoi.
Advertisement
"Group riding atau konvoi, adalah bagian dari Sunmori. Lebih dari satu motor, berjalan searah dengan tujuan yang sama, dan di waktu yang sama. Fakta dalam pelaksanaan konvoi, banyak yang tidak paham," kata Jusri saat dihubungi Liputan6.com, Senin (2/8/2021).
Dengan kurang paham terkait cara berkendara konvoi, maka terjadi arogansi, anarkis, dan salah kaprah di jalan saat sunmori.
Bahkan lebih parahnya, menurut Jusri, para peserta Sunmori ini melakukan rekayasa lalu lintas, yang sejatinya para peserta Sunmori ini tidak memiliki hak untuk itu.
"Masalah group riding ini harus dipahami oleh semuanya, baik peserta ataupun inisiator Sunmori. Mereka pikir, karena kecil hanya beberapa motor tidak perlu briefing sebelum berkendara, salip kiri dan salip kanan, itu bisa membuat ibu-ibu (pengendara lain) bingung, sekaligus cemas bunyi knalpot moge dan akhirnya terjadi insiden," tegas Jusri.
Edukasi
Dengan begitu, hal yang terkait dengan pemahaman konvoi ini harus segera diperbaiki melalui sosialisasi dan edukasi, terlebih kepada komunitas motor yang memang sering melakukan kegiatan sunmori.
"IMI sudah melakukan inisiasi, sosialisasi dan edukasi terkait berkendara konvoi. Seharusnya, ini menjadi satu pemicu komunitas atau orang-orang yang memiliki keterlibatan atau kesempatan dalam konvoi. Ini satu pengetahuan yang harus jadi kebutuhan," pungkasnya.
Advertisement