Liputan6.com, Jakarta Dunia otomotif dilanda krisis chip semikonduktor akibat pandemi COVID-19. Kekurangan chip secara global pun diprediksi masih akan berlangsung hingga 2023.Â
"Krisis chip semikonduktor benar-benar masih ada, dan akan menjadi tantangan bagi industri sepanjang tahun ini dan tahun depan," kata CEO Mercedes-Benz Ola Kaellenius pada konferensi Reuters Automotive Europe di Munich, dikutip pada Minggu (3/7/2022).
Namun, sambungnya, meskipun ada volatilitas pasar, pembuat mobil masih memiliki backlog pesanan yang kuat. Sebagai informasi, volatilitas adalah ukuran perubahan statistik suatu harga sekuritas dalam periode tertentu.
Advertisement
"Kami belum melihat tanda-tanda bahwa permintaan akan bergerak ke arah sana (negatif)," kata Kaellenius.
Menurutnya, ketika industri otomotif melakukan transisi ke kendaraan listrik (EV), Mercedes-Benz akan memainkan "peran yang lebih aktif" di seluruh rantai pasokannya sampai ke tempat penambangan bahan baku.
"Kami tidak berhenti di pabrik sel baterai... kami harus melalui seluruh rantai nilai di sini karena ada begitu banyak yang bergerak," kata Kaellenius.
Dia mengatakan, membutuhkan setidaknya satu dekade untuk mentransisikan pabrik mesin pembuat mobil bertenaga bahan bakar fosil untuk menjadi pabrik yang membuat mobil listrik sepenuhnya (full electric).
Kaellenius mengaku yakin transisi tersebut dapat dikelola secara teratur nantinya.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mercedes-Benz Tak Jual Lagi Mobil Transmisi Manual
Penggemar Mercedes-Benz yang menyukai transmisi manual tampaknya akan kecewa dengan keputusan prinsipal. Mereka telah memutuskan tidak lagi memproduksi mobil dengan transmisi manual.
Di balik keputusan tersebut, mereka mengungkapkan bahwa permintaan yang sedikit terkait mobil dengan transmisi manual dan munculnya tren elektrifikasi yang tengah menyengat seluruh pabrikan otomotif, menjadi salah satu alasan yang menguatkan.
Dilansir Automobilwoche, pembuat mobil asal Jerman ini menjelaskan penggunaan transmisi manual tidak terlihat lagi di masa depan.
"Mungkin saja ini akan terjadi pada tahun 2023. Dengan meningkatnya elektrifikasi kami melihat permintaan pelanggan beralih ke komponen mobilitas listrik, termasuk baterai, dan sistem penggerak listrik," ujar juru bicara perusahaan, dalam laporannya.
Pada 2015 lalu, Mercedes-Benz USA, telah memutuskan untuk tidak lagi menawarkan transmisi manual kepada pelanggan. Pembeli mobil seperti SLK 250, tidak dapat lagi memilih transmisi manual sebagai pilihan yang ditawarkan dari jaringan penjualan.
Meski hal ini begitu menyedihkan bagi penggemar Mercedes-Benz yang menyukai transmisi manual, namun keputusan tersebut mencerminkan sebuah lanskap otomotif dunia yang sedang beralih ke arah yang lebih modern.
Berbeda dari Mercedes-Benz, untuk pabrikan Toyota, justru mereka sedang mengembangkan sebuah teknologi transmisi manual yang kabarnya akan disematkan pada mobil listrik mereka.
Advertisement