Chip Semikonduktor Masih Langka, Menko Perekonomian Airlangga: Indonesia Masih Aman

Industri otomotif kini masih mengalami krisis chip semikonduktor. Kondisi ini, terjadi secara global dan tidak hanya di Indonesia.

oleh Arief Aszhari diperbarui 04 Okt 2022, 13:04 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2022, 13:04 WIB
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Dok: ekon.go.id)
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Dok: ekon.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Industri otomotif kini masih mengalami krisis chip semikonduktor. Kondisi ini, terjadi secara global dan tidak hanya di Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebutkan, Indonesia justru relatif aman terhadap krisis chip semikonduktor. Pasalnya, produksi mobil di Tanah Air, masih didominasi jenis internal combustion engine (ICE).

"Kalau kita kan kebanyakan masih combustion engine (ICE), relatif aman," jelas Airlangga, saat ditemui di Senayan, Jakarta Pusat, akhir pekan lalu.

Lanjut Airlangga, untuk yang terkena dampak krisis chip semikonduktor di Indonesia, justru mobil listrik alias electric vehicle (EV). Namun, politikus partai Golkar ini, juga tidak mengetahui pasti, sampai kapan dampak krisis chip semikonduktor ini akan berlangsung.

"Kondisi ini terjadi secara global. Sampai 2 tahun? Kita lihat nanti ya," tegas Airlangga.

Sementara itu, banyak yang prediksi, krisis chip semikonduktor ini masih akan berlangsung hingga tahun depan. Bahkan, pabrikan asal Eropa, seperti Volkswagen sudah mempersiapkan kondisi normal yang baru dari gangguan rantai pasokan tersebut.

"Investasi untuk kapasitas baru sekarang berada di jalurnya, tetapi mungkin masih akan ada kekurangan struktural dalam semikonduktor hingga dan termasuk tahun 2023," ujar Kepala Pengadaan di Dewan Volkswagen, Murat Aksel, disitat Reuters.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Harga BBM Naik, Gaikindo Tetap Optimistis Penjualan Mobil Tembus 900 Ribu Unit Selama 2022

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi, seperti Pertalite, Pertamax, dan Solar diprediksi tidak akan memengaruhi penjualan mobil di Indonesia. Keyakinan tersebut, berdasarkan pengalaman dari kenaikan bahan bakar sebelumnya yang sudah terjadi di Indonesia.

Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara menjelaskan berdasarkan data historical, kenaikan BBM tidak berdampak terhadap penjualan otomotif di Tanah Air.

Seperti pada 2003, pemerintah juga menaikan harga harga BBM. Begitu juga pada 2004 dan 2005. Tapi pasar otomotif justruk naik dari 300 ribuan unit ke 400 ribuan unit dan 500 ribuan unit. Kemudian pada 2013, harga BBM juga naik. Tapi pertumbuhan ekonomi nasional saat itu juga bagus 6,2 persen. Alhasil, penjualan otomotif pada 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2012.

"Dari historical itu, penjualan otomotif tidak berdampak akibat kenaikan BBM tahun ini. Apalagi pertumbuhan ekonomi nasional masih di atas 5 persen," ujar Kukuh di acara Ngobrol Virtual Santai (Ngovsan) yang diadakan oleh Forum Wartawan Otomotif (Forwot).

Terkait penjualan mobil hingga Agustus 2022, berdasarkan data Gaikindo, sepanjang 8 bulan pertama tahun ini, penjualan retail tembus 637.040 unit atau naik 20,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, yang hanya 527.707 unit.

Sementara itu, penjualan wholesales untuk periode yang sama, sebesar 658.232 unit atau naik 21,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebesar 543.424 unit.

Infografis Ragam Tanggapan Tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ragam Tanggapan Tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya