Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi baru dari Recurrent, yang menganalisa pembacaan sebanyak 7.500 unit baterai kendaraan listrik menemukan, bahwa mobil listrik akan kehilangan sebanyak 31 persen dari jarak tempuh sesuai spesifikasi, dalam cuaca yang panas.
Disitat dari Motor1, hal tersebut karena untuk mendinginkan kabin yang terik saat suhu di luar mencapai 100 derajat dapat menghabiskan banyak energi dari baterai bertegangan tinggi.
Baca Juga
Namun demikian, ada beberapa cara untuk meringankan masalah ini, dan-yang lebih penting lagi-adalah baik untuk mengetahui bahwa kehilangan jarak tempuh di musim panas jauh lebih sedikit dibandingkan dengan musim dingin yang membekukan.
Advertisement
Saat di luar sangat panas, cobalah parkir di tempat teduh jika memungkinkan. Jika Anda tidak memiliki akses ke garasi atau tempat parkir tertutup, Anda dapat menggunakan kerai untuk melindungi interior dari panas.
Selain itu, jika Anda memiliki pengisi daya di rumah, Anda disarankan untuk tetap mencolokkan mobil sambil mendinginkan kabin. Anda juga harus menghindari meninggalkan mobil listrik di bawah sinar matahari dengan kondisi daya yang rendah.
Menurut data Recurrent, saat suhu naik, begitu pula potensi kehilangan jarak tempuh, karena lebih banyak energi yang harus digunakan untuk mendinginkan interior yang terik. Tergantung pada suhu sekitar, inilah yang dapat Anda harapkan:
- Pada suhu 75F (24C): Kehilangan jangkauan 0%
- Pada suhu 80F (27C): Kehilangan jangkauan 2,8%
- Pada suhu 85F (29C): Kehilangan jangkauan 3,5%
- Pada suhu 90F (32C): Kehilangan jangkauan 5%
- Pada suhu 95F (35C): Kehilangan jangkauan 15%
- Pada suhu 100F (38C): Kehilangan jangkauan 31%
Regulasi Insentif Simpang Siur, Bikin Pembeli Tahan Diri Beli Mobil Listrik
Hyundai sebagai salah satu jenama mobil ternama di Indonesia, penjualannya terkoreksi sepanjang 2024 hingga April lalu. Penjualan wholesales (distributor ke retailer) pada April hanya mencatatkan 1.485 unit, jauh dibandingkan bulan yang sama pada tahun lalu dengan angka 2.241 unit.
Banyak faktor yang mengakibatkan hal ini, salah satunya adalah merosotnya penjualan mobil listrik Hyundai. Chief Operating Officer Hyundai Motors Indonesia, Fransiscus Soerjopranoto, mengungkapkan ini berkaitan dengan psikologis konsumen dari regulasi-regulasi insentif yang simpang siur.
Regulasi insentif yang muncul satu per satu disebutkan Fransiscus sebagai salah satu faktor yang membuat konsumen menahan diri untuk memutuskan membeli mobil listrik.
"Sekarang pabrik atau customer itu semua menunggu kepastian dari regulasinya seperti apa gitu. Jadi kalau mau keluar (regulasinya) sebenarnya dalam timing waktu yang sama saja," buka Fransiscus beberapa waktu lalu saat ditemui di Pantai Indah Kapuk 2, Jakarta.
Paling baru, sejumlah produsen telah meraup insentif mobil listrik impor berkat regulasi insentif yang tertuang dalam Perpres Nomor 79 Tahun 2023 sebagai pembaruan dari Perpres Nomor 55 sebelumnya.
Advertisement