Liputan6.com, Jakarta - Produksi global Toyota kembali turun 11 persen pada Agustus 2024. Anjloknya produksi raksasa otomotif asal Jepang ini, telah terjadi dalam tujuh bulan berturut-turut di sepanjang tahun ini.
Penurunan produksi Toyota ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti musibah angin topan, serta skandal sertifikasi di Jepang, serta penghentian pembuatan untuk dua kendaraan sport di Amerika Serikat.
Baca Juga
Secara detail, produksi Toyota pada Agustus 2024 merosot ke 709.571 unit. Sedangkan produksi di pasar dalam negeri atau Jepang, anjlok 22 persen.
Advertisement
Sebelumnya, pada awal September 2024, Toyota juga telah memangkas produksi kendaraan listriknya hingga sepertiga. Pengurangan ini, karena penjualan roda empat ramah lingkungan secara global terus menurun.
Meski demikian, Toyota menyatakan tidak ada perubahan rencana untuk memproduksi 1,5 juta unit kendaraan listrik per tahun pada 2026, dan 3,5 juta unit pada 2030.
Namun, jenama asal Jepang ini menyebut angka tersebut bukanlah target, melainkan tolak ukur bagi para pemegang saham.
Memproduksi satu juta unit kendaraan listrik per tahun merupakan usaha yang ambisius bagi Toyota, yang telah berupaya lebih keras dalam mengembangkan kendaraan hibrida, dan hanya menjual sekitar 104 ribu unit kendaraan listrik tahun lalu.
Sementara itu, kendaraan listrik saat ini hanya menyumbang sekitar satu persen dari penjualan globalnya.
Jepang Siap Investasi US$ 2,4 Miliar untuk Produksi Baterai EV
Jepang akan memberikan lebih banyak subsidi untuk produksi baterai kendaraan listrik, dan menjanjikan dukungan sebanyak US$ 2,4 miliar untuk proyek terkait Toyota Motor, dan perusahaan besar lainnya. Hal tersebut, seiring upayannya untuk memperkuat rantai pasokannya baterainya.
Dikutip dari Reuters, pemerintah Jepang akan mendukung 12 proyek untuk baterai penyimpanan atau suku cadang, material, atau peralatan produksi hingga US$ 2,44 miliar.
"Kami berharap upaya ini akan memperkuat rantai pasokan baterai penyimpanan Jepang, dan daya saing industri baterai penyimpanan," ujar Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Ken Saito.
Langkah ini akan membantu memperluas kapasitas produksi tahunan baterai penyimpanan negara itu sekitar 50 persen menjadi 120 gigawatt-jam (GWh), dari 80 GWh.
Dukungan pemerintah termasuk dukungan investasi oleh Toyota, Nissan Motor, dan proyek bersama yang dilakukan oleh Panasonic Holdings, Subaru, dan Mazda Motor.
Selain itu, bantuan terbaru, juga baru muncul setelah pemerintah menjanjikan subsidi hampir US$ 1 miliar untuk produksi baterai penyimpanan pada Juni tahun lalu, dan subsidi tahap pertama pada April 2023.
Advertisement