Adu Yel-yel Buat Debat Publik Pilkada Semarang Panas

Tiga pasang calon Wali Kota Semarang beradu strategi atasi banjir rob yang sering melanda kota itu.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 05 Des 2015, 10:33 WIB
Diterbitkan 05 Des 2015, 10:33 WIB
Debat Pilkada
Debat Pilkada calon Wali Kota Semarang

Liputan6.com, Semarang - Debat terbuka calon Wali Kota Semarang yang digelar Jumat 4 Desember 2015 membahas topik lingkungan. Debat itu menyoroti masalah banjir rob yang sering terjadi di kota itu.

Dalam debat yang dimoderatori pakar lingkungan hidup dari Universitas Diponegoro Prof Sudharto P Hadi, salah satu penanya menyajikan data bahwa 60 persen pantai di Kota Semarang dikuasai oleh swasta. Dengan demikian, reklamasi mungkin saja dilakukan yang malah membuat daerah lain semakin parah tingkat abrasinya.

Untuk mengatasi hal itu, calon Wali Kota Soemarmo menawarkan upaya mengatasi rob dengan membangun sabuk pantai di Kota Semarang. Soemarmo juga mengusulkan Kampung Bahari yang sudah digagas oleh Presiden Joko Widodo.

"Bagian atas akan kami bangun embung, sedangkan wilayah bawah akan kami bangun kolam retensi," kata Soemarmo.

Calon nomor 3 Sigit Ibnugroho menyebutkan hal yang sama, penanaman mangrove dianggap sebagai salah satu solusi.

"Kami akan bangun pemecah ombak dan menanam mangrove untuk mengatasi abrasi," kata Sigit.

Yang berbeda justru dari calon nomor 2, Hendrar Prihadi. Menurut dia, semua program sulit dijalankan jika negara tak memiliki pantai. Karena itu ia akan membeli tanah atau pantai yang dikuasai swasta untuk kemudian dimanfaatkan.

"Pemerintah punya dana untuk pengadaan tanah. Kami akan beli dari swasta penguasa tanah di sana. Sedangkan milik warga akan kami lindungi dan diajak bersinergi," kata Hendi.


Hendi mengatakan, pemerintah dan warga harus bersama-sama melakukan konservasi. Ini dilakukan agar lingkungan tetap terjaga.

Untuk mengatasi banjir, Hendi menawarkan normalisasi Banjir Kanal Timur. Hal itu dirasa penting lantaran di wilayah barat, Hendi sudah melihat pengendalian banjir dan rob sudah berkurang drastis dengan adanya Waduk Jatibarang dan Banjir Kanal Barat.

Sementara calon Wali Kota Semarang lainnya, Sigit Ibnugroho hanya menjawab semua hanya bisa dilakukan jika pembangunan berkelanjutan.

"Kami akan mempertahankan Ruang Terbuka Hijau dan mempertahankan lingkungan agar seimbang," kata Sigit.

Suasana Memanas

Suasana panas mewarnai debat publik tahap ketiga calon Wali Kota Semarang. Masing-masing pendukung terlihat membela jagoannya.

Pantauan Liputan6.com, pendukung pasangan Hendi-Ita 'dikeroyok' pendukung 2 calon lain, yakni pendukung Marmo-Zuber dan Sigit-Agus. Kedua kelompok itu seperti bersatu meneriakkan sentimen yang sama.

"Sing penting ora loro (yang penting bukan dua)," kata kedua kelompok itu kompak.

Saat itu, pendukung paslon nomor urut 2 (Hendi-Ita) belum memasuki ruangan. Seketika saat para pendukung paslon nomor urut 2 tiba, pendukung paslon nomor urut 1 dan 3 kompak beryel-yel kembali.

"Bantenge dadi kucing (bantengnya jadi kucing). Sing penting ora loro (yang penting bukan dua)," teriak dua pendukung paslon kompak.

Akibatnya, debat yang digelar di Hall Patra Jasa Hotel Semarang sempat memanas. Kelompok pendukung pasangan nomor urut 1 dan 3 yang mencoba masuk ruangan, terlibat saling dorong dengan petugas keamanan.

Sementara itu di jalan menuju lokasi hotel, sejumlah massa simpatisan pasangan nomor urut 2 juga mencoba memaksa masuk ke area hotel. Namun, mereka diadang pihak keamanan.

Menurut petugas KPU, Khalik, massa berhasil dikendalikan setelah petugas memperketat keamanan di masing-masing barisan simpatisan.

Sebenarnya dalam aturan yang dikeluarkan KPU Kota Semarang, pasangan calon dibatasi  membawa 50 pendukungnya masuk ke area gedung. (*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya