Liputan6.com, Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menguji kelayakan dan kepatutan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang mendaftar ke partai itu. Ada 26 tokoh yang mengikuti penjaringan ini.
PDIP mengaku serius menjaring calon kepala daerah melalui mekanisme tersebut.
"Jangan-jangan proses ini abal-abal? Saya mencontohkan, di Trenggalek (Jawa Timur) itu betul-betul pure berangkat dari bukan kader," kata Pelaksana Tugas Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta Bambang Dwi Hartono di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (11/5/2016).
Menurut dia, saat itu, pasangan Emil Elestianto Dardak-Mohammad Nur Arifin mendaftar dan mengikuti mekanisme seleksi. PDIP pun melihat potensi dari 2 orang yang bukan kader tersebut dan akhirnya memberikan rekomendasi.
"Padahal saat itu, mereka bersaing dengan internal atau kader partai," ujar Bambang.
Baca Juga
Alhasil, lanjut dia, PDIP tidak salah pilih. Pasangan Emil dan Arifin berhasil mengalahkan pasangan calon incumbent Kholik-Priyo Handoko dengan perolehan suara sebesar 76 persen.
"Ini bukan keputusan orang per orang, walaupun otoritas ada pada ketua umum," kata Bambang.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto melanjutkan, pihaknya membuka lebar 2 pintu untuk mencari calon kepala daerah DKI Jakarta yang ideal. Pintu pertama melalui pendaftaran dan selanjutnya pemetaan politik yang berujung pada penugasan.
"Bisa saja calon gubernurnya dari pemetaan DPP dan wakilnya bisa saja muncul dari proses (seleksi) ini," kata Hasto.
Kendati, PDIP tengah fokus mencari calon melalui proses penjaringan. Partai banteng moncong putih itu juga bekerja sama dengan para psikolog untuk menyeleksi para bakal calon.
"Jadi, proses ini bukan hal yang baru. Hanya saja di DKI Jakarta, penyaringan dan penjaringannya mendapatkan perhatian publik yang luas," Hasto menandaskan.