Pengakuan Mantan TemanAhok: Kami Dibayar, Bukan Relawan

Mantan TemanAhok membawa kwitansi pembayaran, surat kontrak, dan fasilitas yang diberikan TemanAhok

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 22 Jun 2016, 13:12 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2016, 13:12 WIB
Mantan TemanAhok
Sejumlah mantan TemanAhok memberikan keterangan terkait Pengumpulan 1 Juta KTP oleh TemanAhok di Jakarta (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Sekumpulan mantan relawan TemanAhok bergabung dan membuat perkumpulan mantan TemanAhok. Mantan TemanAhok itu mengungkapkan kebohongan publik yang menurut mereka dilakukan TemanAhok.

Seorang mantan TemanAhok, Paulus Romindo yang merupakan penanggung jawab (PJ) KTP di Kelurahan Kamal itu mengaku bukan relawan, melainkan bekerja untuk TemanAhok dari Juni 2015 hingga Mei 2016.

Dengan berapi-api, Paulus menunjukkan surat tugas atau surat kontrak kerjanya. Sejak dikontrak, Paulus dan 152 PJ lain wajib menyetor 140 KTP tiap Minggu. Bila terpenuhi, mereka mendapatkan bayaran Rp 500 ribu per minggu.

Lima mantan TemanAhok itu juga membawa kwitansi pembayaran, surat kontrak, dan fasilitas yang diberikan TemanAhok.

"Kami bukan relawan, kami dikontrak, ada SK dan dibayar. Dapat seragam, per minggu 140 KTP honor Rp 500 ribu sampai minggu ketiga. Minggu keempat ditambah Rp 500 ribu. Sebulan Rp 2,5 juta," ujar Paulus dalam jumpa pers di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (22/6/2016).

Sejumlah mantan TemanAhok memberikan keterangan terkait Pengumpulan 1 Juta KTP oleh TemanAhok di Jakarta (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dia mengaku, bergabung ke TemanAhok seperti bekerja di perusahaan. Sebab, selama hampir setahun bekerja harus ada target yang dipenuhi.

Karena tak ingin Rp 500 ribu hilang apabila target 140 KTP tak terpenuhi, maka sebagian besar dari 152 PJ di Jakarta itu melakukan manipulasi KTP dengan cara barter dengan kelurahan lain.

"Tidak ada data (KTP) yang real dan benar. Sampai korpos (atasan PJ) bermain semua. Ada barter KTP misal, Pinang Ranti sudah setor 140, nah abis itu dibarter bulan depan dengan kelurahan lain misal Sukabumi Selatan. Verifikasi tidak maksimal. Mereka random telepon, cuma 10-15. Itu yang ngajarin atasan kita. Kita susah karena ada," jelas Paulus.

Sementara itu, seorang pendiri TemanAhok, Amalia Ayuningtyas tidak mau berkomentar banyak. Pihaknya akan menggelar jumpa pers mengenai pernyataan mantan TemanAhok.

"Nanti saja ya. Pas jumpa pers jam 15.00," kata dia ketika dihubungi.

Dari agenda yang diterima dari TemanAhok, mereka akan jumpa pers mengenai banyaknya pertanyaan soal keraguan pengumpulan KTP di Sekretariat Teman Ahok, di Pejaten, Jakarta Selatan pukul 15.00 WIB.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya