Populi Center: Pilkada DKI Putaran 2 Hanya Perpanjang Tawuran

Jika memang terjadi pendidikan politik pada Pilkada DKI 2017, maka tidak ada dominasi simbol atau toleransi tetap terjaga.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 24 Mar 2017, 06:59 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2017, 06:59 WIB
Pilkada DKI 2017
Pilkada DKI 2017

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Populi Center Usep S. Ahyar menilai, kampanye Pilkada DKI 2017 putaran kedua hanya memperpanjang tawuran atau perkelahian. Hal itu terlihat dengan banyaknya isu intolerasni dan politik identitas yang berkembang belakangan ini.

"Tujuan kampanye itu memang tujuannya untuk pendidikan politik. Tapi, kampanye di Jakarta itu tawuran. Jadi kampanye sekarang memperpanjang tawuran. Enggak ada pendidikan. Yang ada semakin membusukan dan semakin intoleran," ucap Usep, di Jakarta, Kamis 23 Maret 2017.

Jika memang terjadi pendidikan politik pada Pilkada DKI 2017, ia menambahkan, maka tidak ada dominasi simbol atau toleransi tetap terjaga. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.

"Orang akhirnya menjadi takut dan menguatkan politik identitas, sehingga mengacu kepada identitas tertentu, misalnya agama tertentu. Kalau politik identitas meninggi, maka politik hierarki menonjol. Jadi ini menimbulkan ketegangan, dan bukan mengkritik pasangan calon lain," jelas Usep.

Karena itu, menurutnya, tekanan politik identitas menguat dan membenarkan sesuatu, yang belum benar kejelasannya.

"Sekarang ini ada tekanan politik dengan dominasi simbol (Pilkada DKI 2017). Jadi masyarakat ini, seakan-akan mengamini sesuatu yang menjadi suatu kebenaran. Jadi ini tidak bebas dan tidak setara," pungkas Usep.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya