Demokrat: TGB dan AHY Punya Peluang Sama di Pilpres 2019

Demokrat mempersilakan kader untuk mempersiapkan diri maju di kontestasi tersebut, termasuk TGB.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Mei 2018, 18:46 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2018, 18:46 WIB
AHY
Komandan Satuan tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (Liputan6.com/Hanz)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengatakan, semua kader partai punya peluang yang sama untuk dicalonkan di Pilpres 2019, baik Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi maupun Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Namun, Hinca mengakui Demokrat sebenarnya tengah mempersiapkan AHY sebagai calon pemimpin masa depan.

"Siapa saja peluangnya sama," kata Hinca di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono, Kuningan, Jakarta, Jumat (11/5/2018).

Hinca menilai wajar para tokoh mulai melakukan komunikasi politik dan berupaya menaikkan elektabilitas jelang Pemilu 2019. Demokrat mempersilakan kader untuk mempersiapkan diri maju di kontestasi tersebut, termasuk TGB.

"Ini memang saatnya untuk menaikkan elektabilitas masing-masing, siapa pun boleh melakukan itu. Di Demokrat tidak hanya kader-kader yang potensial, tapi siapa yang mau naik kontestasi silakan," terang Hinca.

Namun, Demokrat akan fokus mencari mitra koalisi sebelum menentukan calon yang akan diusung. Hinca mengakui partainya tak cukup suara untuk mengusung calon sendiri.

Suara Demokrat di Pemilu 2014 hanya 10,1 persen, sementara syarat ambang batas pencalonan presiden harus mengantongi 20 persen.

"Kami lebih fokus pada koalisinya. Emang bisa jalan kalau (persentase) cuma 10,1? saya ingin juga mengajak teman-teman bertanya kita balik seolah-olah kalau sudah si A si B si C dapet. Perahunya dulu cari, baru carikan nahkodanya," tandas Hinca.

Terkait poros ketiga, Hinca mengklaim masyarakat di daerah-daerah menginginkan hadirnya calon pemimpin baru di luar nama Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

"Yang kami rekam dari masyarakat waktu kami keliling seluruh Pulau Jawa dan saya tur di Sumatera Utara, itu mengharapkan yang baru, pemimpin baru," kata Hinca.

Hal lain yang mendasari keinginan Demokrat membentuk poros ketiga adalah menghadirkan banyak pilihan calon pemimpin bagi rakyat di Pemilu 2019.

"Nah yang kedua tentu pilihan tentang banyaknya pilih. Jangan dikotomi seolah-olah cuma ini saja begitu, saya kira alternatif pemain ketiga itu baik sekali sebagai alternatif di masyarakat, dan itu diinginkan," terangnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Menjajaki Poros Ketiga

Pake Seragam Demokrat, SBY Kukuhkan Agus Yudhoyono sebegai Kogasma
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memegang bendera saat pengukuhan sebagai Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, untuk Pemilukada dan Pilpres 2019, Jakarta, Sabtu (17/2). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Hinca mengungkapkan, komunikasi dan penjajakan poros ketiga terus dilakukan kepada sejumlah partai. Baik yang belum menentukan sikap mau pun yang telah merapat ke koalisi pendukung Jokowi.

Namun, Demokrat berharap partai yang belum menentukan sikap seperti PKB, PAN dan PKS ikut bergabung membentuk poros ketiga.

"Bagaimana hari ini? Masih terus jalan. Komunikasi dengan PAN, komunikasi dengan PKB, bahkan komunikasi dengan PKS juga berjalan," ungkapnya.

Manuver Demokrat merayu partai-partai pendukung Jokowi membentuk poros ketiga dikarenakan koalisi itu dianggap belum bulat dan utuh. Hinca beranggapan, alasannya karena pendukung koalisi Jokowi belum mengumumkan calon wakil presiden.

Namun, kata Hinca, meskipun cawapres telah diumumkan tidak otomatis membuat koalisi Jokowi solid. Dia memprediksi bakal ada partai yang "sakit hati" karena kadernya tidak dipilih Jokowi sebagai cawapres.

"Masih terus melakukan komunikasi dan saya pikir even koalisi di seberang sana juga karena belum juga diumumkan siapa cawapresnya, saya masih belum percaya bahwa itu bulat utuh seperti itu," ucapnya.

 

Reporter: Renald Ghiffari

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya