Survei Charta Politika: Usai Deklarasi Prabowo Jadi Capres, Jokowi Tetap Unggul

Usai deklarasi internal jadi capres, elektabilitas Prabowo naik. Namun, angkanya masih jauh di bawah Jokowi.

oleh Yunizafira Putri Arifin Widjaja diperbarui 21 Mei 2018, 18:45 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2018, 18:45 WIB
banner grafis Prabowo vs Jokowi
banner grafis Prabowo vs Jokowi

Liputan6.com, Jakarta - Charta Politika merilis hasil survei nasional mengenai elektabilitas calon presiden pascadeklarasi Prabowo Subianto menjadi calon presiden di pilpres 2019. Hasilnya, elektabilitas Presiden Joko Widodo atau Jokowi masih jauh di atas Prabowo.

Elektabilitas Prabowo sebagai capres tercatat sebesar 23,3 persen, sedangkan Jokowi masih di posisi atas dengan angka 51,2 persen.

Charta Politika pun membandingkan hasil tersebut dengan hasil survei dari Litbang Kompas, di mana Jokowi mendapatkan angka 55,9 persen dan Prabowo 14 persen.

"Artinya, kalau kita lihat ada tendensi kenaikan dari angka 14 persen hasil survei Litbang Kompas sebelumnya terhadap Prabowo, ini 2 hari setelah 11 April setelah deklarasi internal Prabowo," ungkap Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya, di Jakarta, Senin (21/5/2018).

Menurut Yunarto, peristiwa deklarasi internal Prabowo memang cukup berpengaruh dan berimplikasi terhadap naiknya elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra tersebut. Namun, lanjut dia, penurunan hasil survei Jokowi setelah deklarasi Prabowo pun tidak signifikan.

"Penurunan di Jokowi apakah signifikan? Tidak, tapi di Prabowo sedikit signifikan. Berarti ada pengaruh, membuat elektabilitasnya cenderung ngaruh," kata dia.

Di luar kedua nama tersebut, terdapat lima nama lainnya yang masuk dalam daftar capres, meski elektabilitas mereka di bawah angka 6 persen.

Kelima nama yang diperkirakan jadi lawan Jokowi adalah Gatot Nurmantyo sebesar 5,5 persen, Anies Baswedan 3,4 persen, dan Agus Harimurti Yudhoyono 2,7 persen. "Ada juga M Jusuf Kalla 2,0 persen dan Muhaimin Iskandar 0,6 persen, sedangkan 11,5 persen tidak menjawab atau tidak tahu," ujarnya.

 

Jika Hanya Jokowi dan Prabowo Bertarung, Hasilnya...

Jokowi dan Prabowo
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/1/2015). Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pengamat politik ini juga menuturkan, dalam suvei pihaknya juga melakukan simulasi seandainya pemilu presiden hanya diikuti 2 nama, yakni Jokowi dan calon lain selain Prabowo. Hasilnya, responden memilih Jokowi hingga di sekitar angka 64 persen.

Adapun jika pilpres hanya diikuti oleh Jokowi dan Prabowo, yang unggul adalah Jokowi dengan angka 58,8 persen dan Prabowo 30,0 persen.

"Petarung paling kuat yang bisa menyaingi Pak Jokowi, tetap paling kuat Pak Prabowo," ucap Yunarto.

"Jika Jokowi melawan AHY, AHY dapat 14,7 persen, jika dengan Anies Baswedan, Anies dapat 18,9 persen, dengan Gatot Nurmantyo, Gatot dapat 18,0 persen. Jokowi tetap angkanya di sekitar 64 persen," sambung dia.

Survei ini digelar pada 13–19 April 2018, dengan metode wawancara tatap muka secara langsung menggunakan kuesioner terstruktur.

Jumlah responden 2.000 orang, yang tersebar di 34 Provinsi dengan metode acak bertingkat (multistage random sampling) serta margin of error sebesar +/- 2,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya