Liputan6.com, Jakarta - Tak ada yang abadi di politik. Yang ada hanyalah kepentingan abadi. Adagium itulah yang mewarnai peta perpolitikan Tanah Air belakangan ini. Pindah bendera partai atau mengalihkan dukungan ke calon lain, jadi hal lazim di tahun politik saat ini.
Terbaru, kejutan mengarah pada politikus Partai Demokrat Tuan Guru Bajang Zainul Majdi. Pria yang akrab disapa dengan TGB itu mengagetkan publik dengan mundur dari Partai Demokrat. Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat itu meninggalkan Demokrat tak lama setelah menyatakan dukungannya kepada Jokowi, awal Juli lalu.
Baca Juga
Surat pengunduran TGB langsung disampaikan kepada Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsuddin, 19 Juli lalu.
Advertisement
"Saya sudah mundur beberapa hari lalu. Saya mundur baik-baik," ujar TGB saat berkunjung ke kantor Liputan6.com, Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa (24/7/2018).
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) itu menegaskan, keputusan tersebut adalah bersifat pribadi dan tidak ada intervensi dari manapun. Dia berharap semua pihak bisa menghargainya.
TGB pun membeberkan awal mula dukungannya kepada Jokowi. Dia mengaku mantap mendukung Jokowi setahun lalu, tepatnya setelah kunjungan keempat Joko Widodo ke NTB tahun lalu.
"Saya menyampaikan harapan dan apresiasi bahwa apa yang Bapak (Jokowi) laksanakan perlu dituntaskan, tidak hanya untuk NTB, tapi juga Indonesia," ujarnya.
Ada dua alasan utama yang membuat TGB memutuskan mendukung Jokowi jadi presiden untuk periode kedua.
"Bapak Joko Widodo ini relevan untuk kebutuhan Indonesia. Berorientasi pada hasil dan berusaha membuat terobosan-terobosan," jelas TGB.
Alasan kedua, yakni untuk keberlanjutan kepemimpinan. "Karena pembangunan itu sangat massif. Saya semakin kuat menyampaikan apresiasi dan saya juga mengharapkan seluruh yang dilaksanakan itu tuntas," ujar TGB.
Spekulasi pun langsung bermunculan begitu TGB melepas seragam birunya. Dia santer disebut akan jadi bagian penting pemenangan Jokowi di Pilpres 2019. Bahkan isu lain menyebut, tokoh asal NTB ini akan jadi pendamping alias cawapres Jokowi.
Namun, TGB menampik semua isu tersebut. Dia menegaskan dukungan untuk Jokowi bukan demi kepentingan pilpres semata, tapi jangka panjang pembangunan bangsa.
"Tidak ada pembicaraan jabatan tertentu, di tim sukses juga tidak ada," tegasnya.
Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto angkat bicara. Dia mengatakan, TGB hampir pasti akan masuk dalam tim sukses Jokowi di Pilpres 2019.
"Mereka yang telah satu nafas kepemimpinan mendukung Jokowi, tentu kita akan ajak sama-sama memimpin tim kampanye yang begitu besar. Diperlukan juga tanggung jawab di daerah untuk memenangkan Pak Jokowi," ucap Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Selasa (24/7/2018).
Dia menuturkan, pembentukan tim sukses Jokowi nantinya tak lepas dari peran parpol pendukung. Itu sebabnya, di setiap partai nantinya akan ada tim sukses masing-masing.
"Karena ini serentak, tentu saja semua partai bertanggung jawab menggerakkan seluruh anggotanya memenangkan Jokowi," tukasnya.
Namun, Hasto enggan mengungkap apakah nama TGB masuk daftar cawapres Jokowi yang telah mengerucut, seperti yang dibahas parpol pendukung Jokowi di Istana Bogor, Senin 23 Juli 2018.
"Intinya sudah mengerucut. Membahas dan foto bersama dengan suasana riang dan perjuangan untuk Indonesia raya," ungkap Hasto terkait pertemuan pimpinan parpol pendukung Jokowi tersebut.
Jokowi Makin di Atas Angin
Pengamat Politik dari Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) Hendri B Satrio menilai, kehadiran TGB Zainul Majdi membuat posisi Jokowi makin di atas angin.
Terlebih, TGB telah memutuskan keluar dari Partai Demokrat dan menyatakan dukungan terhadap Jokowi.
"Kehadiran TGB di kubu Jokowi ini mengubah skema politik. Jadi saat ini Jokowi yang kemarin di atas angin, makin di atas angin," ujar Hendri kepada Liputan6.com, Selasa (24/7/2018).
Menurut dia, TGB juga memiliki peluang besar jadi cawapres Jokowi atau tim sukses. Sebab, TGB dinilai sebagai sosok yang religius di mata publik.
"Kemungkinan TGB dipilih oleh Jokowi jadi cawapresnya itu besar. Dari hasil survei KedaiKOPI kan memang Jokowi dipersepsikan publik tingkat religiusnya masih rendah. Jadi dengan adanya TGB ini bisa ketutup," ujarnya.
TGB, kata Satrio, berdasar hasil survei selalu berada di urutan teratas ulama mana yang yang bisa mendamping Jokowi di Pilpres 2019.
Selain dikenal sebagai ulama, TGB juga berpengalaman sebagai gubernur dan tokoh dari Timur.
"Ini bisa membuat dia memiliki kans yang cukup besar (jadi cawapres)," sambung Hendri.
Sementara itu, peneliti senior Indonesian Public Institute Karyono Wibowo menyatakan, Jokowi akan banyak diuntungkan jika menunjuk TGB sebagai ketua tim pemenangan Pilpres 2019.
"Profil TGB sebagai pemimpin yang dekat dengan umat Islam dan sekaligus merepresentasikan tokoh luar Jawa sangat efektif untuk menambah dukungan," ujar Karyono kepada Liputan6.com, Selasa (24/7/2018).
Terlebih, saat ini status TGB adalah non parpol karena telah mundur dari Partai Demokrat.
"Ini akan membuat dia makin leluasa untuk mendukung Jokowi," ucapnya.
Selain itu, bagi TGB, jika Jokowi terpilih kembali dalam pilpres 2019 akan bisa jadi modal sosial dan politik ke depannya.
Ditambahkan Karyono, sikap TGB yang secara terbuka mendukung Jokowi dua periode telah menimbulkan polemik di internal Demokrat. Sikap TGB tersebut, diyakini Karyono, membuat SBY dan pengurus Demokrat naik pitam. Tidak sedikit kader Demokrat yang mendesak agar TGB dipecat.
"Tetapi nampaknya SBY berhitung, jika TGB dipecat justru menimbulkan efek playing victim. TGB terkesan teraniaya, dan itu membuat figurnya makin dapat simpatik di mata publik," ucapnya.
Sebagai jalan tengah, TGB lantas diminta mundur dari partai dan akhirnya diiyakan oleh TGB.
Advertisement
Suara Demokrat di NTB Akan Turun?
Mundurnya Tuan Guru Bajang Zainul Majdi alias TGB mengundang reaksi beragam dari internal Demokrat.
TGB Sendiri telah menegaskan tidak ada konflik apa pun, baik dengan kader lain atau dengan SBY, terkait keputusannya keluar dari Demokrat.
Dia menyadari banyak pihak yang mengaitkan keputusan mundur dengan sikap politik Demokrat yang belum resmi menentukan dukungan di Pilpres 2019. Sebab, sebelumnya TGB menyatakan dukungan kepada Jokowi sebagai capres 2019.
"Alasan pribadi saja. Saya memang menyampaikan pengunduran diri karena pribadi. Saya merasa saatnya mundur dan saya sampaikan apresiasi saya," ujar TGB, Selasa (24/7/2018).
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Agus Hermanto meyakini TGB mundur dari partai agar fokus memenangkan Jokowi dalam Pilpres 2019.
"Dia ingin lebih fokus. Barangkali nanti kampanye untuk dukung Jokowi," kata Agus Hermanto di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Selasa (24/7/2018).
Agus menegaskan, Demokrat belum memberi sanksi TGB atas sikapnya tersebut, sebab, partai sedang fokus persiapan Pilpres 2019.
"TGB memang pernah menyampaikan, namun belum ditindaklanjuti karena waktunya belum lama dan partai sedang menyusun masalah strategis di pilpres," ungkapnya.
Wakil Ketua DPR ini memastikan, hengkangnya TGB tak akan terlalu berpengaruh pada partai, meski diakuinya TGB banyak berkontribusi pada Demokrat.
"Beliau banyak berkontribusi karena pernah jadi ketua DPD (NTB), jadi gubernur. Namun namanya juga parpol, tentunya kan banyak juga perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan," ucapnya.
Meski kehilangan figur pendulang suara, Demokrat meyakini raihan suara di NTB akan tetap tinggi. Ketua DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengaku pihaknya tak khawatir suara Demokrat di NTB bakal merosot karena tak ada TGB.
Dia menyatakan, sebelum TGB menjadi kader Demokrat, suara Demokrat di NTB sudah besar. Ia mengatakan, sebelum mengundurkan diri, TGB bukan pengurus Demokrat di NTB.
"Hanya kader. Jadi tidak ada masalah. Sebelum TGB bergabung, suara Demokrat di NTB sudah besar dulu. Setelah TGB bergabung ada peningkatan. Jadi kita enggak khawatir bakal kecil karena kita punya banyak kader di sana," kata Ferdinand, Jakarta, Selasa (24/7/2018).
Ferdinand mengatakan pihaknya telah menerima surat pengunduran diri dari TGB. Dewan Kehormatan Partai Demokrat pun batal memberikan sanksi atas manuver politik TGB. Sanksi yang sedianya akan dilayangkan bukan karena mendukung Jokowi, tapi karena mendahului sikap partai.
"Tapi sebelum diminta klarifikasi Beliau sudah menyatakan mundur. Jadi tidak ada sanksi-sanksian," jelasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini: