Prabowo Galau Tentukan Cawapres, Antara Salim Segaf atau AHY?

Said mengatakan, 2 pilihan yang sulit di benak Prabowo adalah Salim Segaf Al Jufri dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Jul 2018, 08:54 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2018, 08:54 WIB
Prabowo Temui Presiden PKS Bahas Hasil Pertemuan dengan Demokrat
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat tiba di Kantor DPP PKS, Jakarta, Senin (30/7). Kunjungan Prabowo ke DPP PKS untuk membahas hasil pertemuannya dengan Partai Demokrat. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Politik Said Salahudin, menilai Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tengah mengalami kegalauan dalam menentukan calon wakil presiden. Said mengatakan, 2 pilihan yang sulit di benak Prabowo adalah Salim Segaf Al Jufri dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Said menyebut, kemunculan Salim Segaf Aljufri oleh Gerakan Nasional Pembela Fatwa Ulama (GNPFU) akan membuat penentuan cawapres Prabowo Subianto menjadi semakin alot.

"Kalau saja bukan nama Habib Salim yang dimunculkan, mungkin nama cawapres Prabowo bisa lebih cepat disepakati oleh Partai Gerindra, PKS, PAN, dan Partai Demokrat," kata Said seperti dikutip dari Antara, Selasa (31/7/2018).

Sebab, lanjut dia, di antara empat nama cawapres Prabowo yang sebelumnya mengemuka, Ahmad Heryawan atau Aher (PKS), Zulkifli Hasan atau Zulhas (PAN), Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY (Demokrat), dan Anies Baswedan, posisi terkuat ditempati oleh AHY.

Menurut dia, posisi AHY menguat karena PAN tidak terlalu ngotot untuk memajukan Zulhas. Sedangkan Anies, karena dia bukan orang partai, dorongannya tidak cukup kuat. Sementara Aher, dari sisi elektabilitas, dia diperhitungkan kalah kuat dari AHY.

"Jadi, kalau empat ketua umum parpol itu duduk semeja, misalnya, perdebatan nama cawapres diantara mereka saya kira hanya akan berpusat pada dua nama saja: AHY dan Aher," jelas Said.

Namun, ketika mereka beradu data untuk menimbang secara objektif tentang kelebihan dan kekurangan AHY dan Aher, prospek penambahan suara bagi Prabowo akan lebih berat ke AHY.

Said mengatakan, terbatasnya tingkat pengenalan, basis dukungan, dan pengaruh Aher boleh jadi membuat kadar timbangannya menjadi ringan. Sementara timbangan AHY menjadi berat karena dia berpeluang merebut suara pemilih milenial yang jumlahnya signifikan.

"Nah, posisi AHY yang sudah menguat ini sekarang terancam karena GNPFU ternyata tidak mengusulkan nama Zulhas, Anies, Aher, atau nama lain sebagai cawapres bagi Prabowo, tetapi mereka justru menawarkan nama Habib Salim yang sebelumnya tidak terlalu diunggulkan," ujar Said.

 

Kekuatan Salim Segaf

Ketika yang dimunculkan nama Salim, peta persaingan di kubu 'oposisi' bisa berubah lagi. Kekuatan AHY terpaksa harus ditimbang ulang karena Habib Salim jelas lebih kuat dari Aher.

"Dia (Salim) non-Jawa, mantan dubes, mantan menteri, dan lebih dari itu 'maqom' Habib Salim tidak sama dengan Aher. Dia punya garis keturunan yang oleh sebagian pemilih muslim dipandang mulia. Sebab dia memiliki nasab dengan Nabi Muhammad SAW," papar Said.

Dengan nasabnya itu, tambah dia, Salim tentu berpotensi meraup suara pemilih muslim lebih banyak dibandingkan dengan Aher.

Oleh sebab itu, ketika GNPFU memajukan nama Habib Salim, PKS sebetulnya sangat terbantu. Atas dukungan itu, peluang PKS yang sempat mengecil untuk memajukan kadernya sebagai cawapres Prabowo kini kembali terbuka lebar.

"Pantaslah jika PKS berterima kasih kepada GNPFU," tuturnya.

Dari hasil Ijtimak Ulama yang digelar oleh GNPFU itu, posisi tawar PKS dihadapan Prabowo, termasuk juga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) semakin kuat. Apalagi PAN lewat Amien Rais sudah setuju untuk duet Prabowo-Salim.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya