Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto merespons pernyataan Mahfud Md soal Ma'ruf Amin mengancam Jokowi dalam penentuan cawapres. Hasto menegaskan, Ma'ruf tidak mengancam Jokowi.
"Itu sikap ekspresi Pak Mahfud Md. Itu merupakan satu hal manusiawi lah tapi enggak ada ancam mengancam, apalagi kita lihat sosok Kiai Ma'ruf itu merupakan sosok pengayom," kata Hasto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (15/8/2018).
Hasto mengatakan, penunjukkan Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi sudah melalui mekanisme. Di mana, Jokowi terlebih dahulu mengumpulkan para ketua umum partai politik koalisi sebelum mengumumkan nama cawapresnya.
Advertisement
Nama Mahfud Md, lanjut Hasto, tidak pernah diumumkan bahwa bakal jadi cawapres Jokowi.
"Akan jadi persoalan kecuali sudah ditetapkan sebagai calon kemudian dibatalkan. Ini kan belum ada soal penetapan saat itu. Tapi ya kami memahami itu sebuah ekspresi," ujar dia.
Hasto mengakui, sebelum pengumuman nama cawapres dilakukan Jokowi memiliki opsi cawapres lain selain Ma'ruf Amin. Namun dia tidak menyebut Mahfud Md termasuk salah satu dari opsi tersebut.
"(Waktu itu) Presiden meminta beberapa orang persiapan karena apapun menyangkut pemimpin negara harus ada opsi opsi dan opsi opsi itu dilakukan para ketua umum partai," tutur dia.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Pengakuan Mahfud Md
Sebelumnya, Mahfud Md mengungkap alasan dirinya batal menjadi bakal calon Wakil Presiden Jokowi untuk Pilpres 2019. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu bercerita dirinya batal menjadi cawapres diwarnai dengan ancaman bahwa NU tidak bertanggung jawab apabila bukan kader NU yang menjadi cawapres Jokowi.
Mahfud bercerita informasi hal ini didapat oleh Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) saat keduanya melakukan pertemuan.
Saat bertemu dengan Cak Imin, Mahfud diberi tahu justru Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin yang menyampaikan ancaman jika NU bakal 'lepas tangan' andai kader NU tak menjadi cawapres Jokowi.
"Bagaimana saya tahu kiai Ma'ruf Amin? Muhaimin yang bilang ke saya," kata Mahfud dalam acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang disiarkan secara langsung oleh TV One, Selasa (15/8).
"Terus saya tanya gimana main ancam-ancam? 'Itu yang nyuruh kiai Ma'ruf'," kata Mahfud menceritakan pernyataan Cak Imin.
Setelah itu, Mahfud bercerita satu hari sebelum pengumuman cawapres oleh Jokowi, terjadi pertemuan antara Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, Ma'ruf Amin dan Cak Imin di Kantor PBNU. Pertemuan itu membahas cawapres.
Pertemuan digelar usai ketiganya dipanggil secara terpisah ke Istana oleh Jokowi yang meminta masukan sosok cawapres. Mereka, kata Mahfud, marah karena ketiganya tidak disinggung sebagai 'calon' oleh Jokowi. Sebab, saat dipanggil, Jokowi tak menyebut satu pun dari mereka bertiga sebagai 'calon'.
"Tiga orang ini berkesimpulan bahwa mereka bukan calonnya karena waktu dipanggil tak disebut 'calon'. Lalu mereka sepertinya marah membahas," ujarnya.
Menurut Mahfud, dari sinilah 'ancaman' itu keluar. Ancaman bahwa NU tidak bertanggungjawab secara moral terhadap pemerintahan jika bukan kader NU yang menjadi cawapres.
"Kemudian Kiai Ma'ruf 'Kalau begitu kita nyatakan kita tak bertanggungjawab secara moral atas pemerintahan ini kalau bukan kader NU yang diambil. Ini kata Muhaimin," ujar Mahfud.
Reporter: Titin Supriatin
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement