Timses Jokowi: Ma'ruf Amin Akan Rebut Suara yang Hilang di Jabar-Banten

Abdul Kadir Karding mengakui Ma'ruf ditugaskan untuk meraup suara pemilih yang terpengaruh politik identitas pada Pilpres 2014.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Sep 2018, 06:26 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2018, 06:26 WIB
Bakal calon wakil presiden Ma'ruf Amin mendatangi kampus Untirta Banten
Bakal calon wakil presiden Ma'ruf Amin mendatangi kampus Untirta Banten (Liputan6.com/Yandi Deslastama)

Liputan6.com, Jakarta - Bakal calon wakil presiden Ma'ruf Amin fokus kampanye ke wilayah di mana suara Joko Widodo atau Jokowi hilang pada Pilpres 2014. Daerah yang diutamakan untuk Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu berkampanye adalah Provinsi Jawa Barat dan Banten.

Wakil Ketua Koalisi Indonesia Kerja (KIK) Abdul Kadir Karding mengakui Ma'ruf Amin ditugaskan untuk meraup suara pemilih yang terpengaruh politik identitas pada Pilpres 2014.

"Ya terutama kalah karena isu politik identitas, Pak Kiai Ma'ruf akan kita maksimalkan di sana," kata Karding di Posko Cemara, Jakarta Pusat, Selasa (18/9/2018).

Sekretaris Jenderal PKB itu menjelaskan strategi ketokohan Ma'ruf Amin dalam berkampanye. Mereka akan mengedepankan sosok ulama sungguhan. Tak seperti pihak-pihak yang menggunakan agama sebagai tempelan.

"Kan banyak orang berkampanye atas nama agama. 'Saya ini tokoh agama yang harus dipilih didukung karena sayalah mewakili agama-agama ini', padahal ya nggak pernah melaksanakan syariat-syariat agama. Salat saja jarang-jarang itu," tutur Karding.

Menurutnya, masyarakat harus ditawarkan pemimpin yang memang menjalankan syariah. Pemimpin yang mengembangkan program keumatan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Sandiaga Santri dan Ulama

Karding juga menyindir kubu koalisi oposisi yang seolah menggadang-gadang bakal cawapres Sandiaga Uno sebagai tokoh Islam. Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Al Jufri saat deklarasi dukungan menyebut Sandiaga sebagai santri post-islamisme. Baru-baru ini Wakil Ketua Majelis Syura PKS Hidayat Nur Wahid juga menyebut Sandiaga sebagai ulama.

"Mana ada ulama mendadak, mana ada honoris ulama, nggak ada itu. Jadi aneh-aneh sekarang ada santri post-islamisme. Saya sendiri nggak ngerti artinya itu. Sekarang ada pemberian gelar ulama kepada orang yang nggak pernah nyantri belajar agama susah susah, kasihan umat Islam ya," pungkas Karding.

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya