Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Jawa Tengah yang juga kader PDIP Ganjar Pranowo menanggapi santai rencana Badan Pemenangan Nasional (BPN) calon presiden dan wakil presiden, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno memindahkan markasnya ke Jawa Tengah di Januari 2019. Dia mengatakan, BPN bisa memindahkan markas ke daerah apa saja.
"Nggak apa-apa. Mau di Kalimantan boleh, Papua nggak apa-apa, Jawa oke. Kan enggak bisa dilarang," ujar Ganjar di Istana Negara, Jakarta, Selasa (11/12/2018).
Ganjar tak khawatir pemindahan markas Prabowo-Sandiaga akan mempengaruhi dukungan masyarakat Jateng di Pilpres 2019. Dia optimistis, suara masyarakat Jateng tetap bermuara pada calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Advertisement
Keyakinan ini didukung kemenangan Ganjar di Pilgub Jateng beberapa bulan lalu. Ganjar yang berpasangan dengan Taj Yasin menang telak melawan Sudirman Said-Ida Fauziyah.
Ganjar-Taj Yasin menang dengan perolehan 10.362.694 suara. Sedangkan Sudirman Said-Ida Fauziyah 7.267.993 suara.
"Kan asumsi yang dibangun berdasarkan Pilgub dulu toh? maka pada saat Pilgub perolehan suaranya seperti itu. Dan di Pilgub yang menang saya," kata dia.
Mengenai kemungkinan Prabowo-Sandiaga akan mengalahkan Jokowi-Ma'ruf Amin, Ganjar tak ingin berkomentar banyak. Dia hanya menegaskan masyarakat Jateng sangat solid.
"Karena Jateng paling solid maka Jateng paling seksi untuk digembor. Karena kami solid sekali," ucapnya.
Kendati demikian, Ganjar tak ingin meremehkan BPN Prabowo-Sandiaga. Dia menganggap apa yang direncanakan kubu Prabowo-Sandiaga saat ini menjadi warning bagi Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin agar bekerja lebih keras lagi.
"Jadi kita enggak boleh menyepelekan, enggak boleh over confidence. Semua harus kerja keras karena sebenarnya yang akan memenangkan adalah yang dicintai rakyat," kata dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Alasan Pindah
Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno akan memindahkan markasnya ke Jawa Tengah (Jateng). Hal ini dilakukan lantaran elektabilitas Prabowo-Sandiaga yang dinilai masih rendah di daerah itu. Selain itu, Jawa Tengah adalah basis PDIP.
Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman mengatakan, salah satu motivasi pindah ke Jateng karena belajar dari Pemilu 2014. Di mana saat itu suara Jokowi-JK Kalla selisih jauh dengan Prabowo-Hatta, yaitu sekitar 6 juta.
"Ini sudah ada indikasi positif di Pilkada Jateng, ketika kita di-underestimate ada yang dapet 7 persen dan lain sebagainya ternyata cukup signifikan waktu pilgub Jateng. Sehingga masih banyak yang bisa kita garap di sana," katanya saat ditemui di Gedung Bawaslu, Jakarta Pusat, Senin 10 Desember 2018.
"Di 2014 kita sekitar 6 jutaan kalah di sana," sambungnya.
Oleh karena itu, ia mengaku tim pemenangan Prabowo-Sandiaga akan berjuang dengan keras untuk meraih suara untuk Prabowo-Sandiaga. Salah satunya adalah dari pintu satu ke pintu lainnya.
"Ya tentu kita ini duit ngga banyak, modalnya ketemu grassroot, door to door, ketuk pintu tapi kayak di Jaktim juga saya lakukan saat ini. Kita bener-bener ketuk pintu, door to door jadi satu caleg dia 30 kecamatan mayoritas kelurahan. Di tiap RW harus turun. Memperkenalkan Pak Prabowo sekaligus," katanya.
Â
Reporter: Titin Supriatin
Sumber: Merdeka.com
Advertisement