Charta Politika: Prabowo Harus Miliki Momentum Baru Agar Tak Stagnan

Yunarto menjelaskan, adanya stagnasi kedua paslon karena tingkat strong voter lebih tinggi di kedua belah pihak.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jan 2019, 17:16 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2019, 17:16 WIB
Gaya Pidato Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi Usai Dapat Nomor Urut
Pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno (kanan) memberikan pidato usai mengambil nomor urut peserta Pemilu 2019 di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (21/9). Pasangan Prabowo-Sandi mendapatkan nomor urut 02. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Survei Charta Politika menilai ada kenaikan elektabilitas pasangan dari nomer 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pasca Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan mereka sebagai capres dan cawapres.

Namun pada Oktober, November, dan Desember terjadi stagnasi. Prabowo tetap berada pada angka 34,1 persen sedangkan Jokowi 53,2 persen.

"Sudah ditetapkan KPU secara resmi, barisan asal bukan incumbent secara otomatis akan mengerucut kepada satu nama dan kebetulan head to head. Itu yang menjelaskan simulasi Prabowo-Jokowi. Kemudian Prabowo naik, Jokowi turun," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya di Kantornya, Menteng, Rabu (16/1/2019).

Yunarto menjelaskan, adanya stagnasi kedua paslon karena tingkat strong voter lebih tinggi di kedua belah pihak. Dia menilai ruang gerak memang tidak terlalu besar.

"strong voters 80 persen ya. Itu pemilih-pemilih yang nanti kesalahan dilakukan calon tidak sampai mengubah pilihan, kecuali sampai skala ekstrem. Ini sudah terjadi pada pertarungan asal bukan Jokowi asal bukan Prabowo. Di situlah stagnasi sangat mungkin terjadi. Karena ini rematch dari dua kelompok yang itu-itu aja. Yang memang berantem terus-terusan," jelas Yunarto.

Karena itu, kata dia, agar Prabowo tidak mengalami stagnasi, dia harus memiliki momentum baru. Sebab jika Prabowo mempertahankan ritme hal tersebut akan menguntungkan Jokowi.

"Kata kunci Prabowo harus miliki momentum baru, karena ketika terjadi stagnan, yang paling lama diuntungkan pemimpin. Jadi buat yang enggak mimpin, sementara pasangan penantang harus letupan-letupan," ucap Yunarto.

 

Hasil Survei

Gaya Pidato Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi Usai Dapat Nomor Urut
Pasangan capres-cawapres Joko Widodo (kiri) dan Ma'ruf Amin (dua kiri) memberikan pidato usai mengambil nomor urut peserta Pemilu 2019 di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (21/9). Pasangan Jokowi-Ma'ruf mendapatkan nomor urut 01. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Jelang debat capres cawapres 2019, survei Charta Politika mencatat elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin mencapai 53,2 persen. Sementara, elektabilitas di angka 34,1 persen.

"53,2 persen Jokowi-Ma'ruf. 34,1 persen Prabowo-Sandi. 12,7 persen undisaided. Secara statistik stagnan suara pada kedua calon tersebut. Jika dilihat dari tren Oktober sampai Desember 2018," kata Yunarto di kantornya, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (16/1/2019).

Menurut dia, pada Oktober lalu, tingkat keterpilihan Jokowi-Ma'ruf Amin 53,2 persen. Sedangkan Prabowo-Sandiaga 35,5 persen. Walaupun kenaikan terdapat selisih 17,7 persen menjadi 19,2 persen, namun cenderung stagnan.

Survei ini juga mengungkap sebanyak 34,3 persen responden yang memilih Jokowi-Ma'ruf Amin menilai pasangan nomor 01 tersebut memiliki kinerja dan pengalaman yang bagus. 32 persen pemilihnya juga dianggap pasangan ini berjiwa sosial dan merakyat. Sementara, 11,7 persen merupakan pemilih loyal Jokowi.

"Lalu alasan memilih Prabowo-Sandi lantaran tegas yaitu 25,5 persen dan berjiwa sosial dan merakyat 21,9 persen," kata Yunarto.

Survei dengan mewawancarai 2.000 responden tersebut dilaksanakan pada 22 Desember 2018-2 Januari 2019. Survei dilakukan dengan metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error 2,91 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

 

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka.com.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya