Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Penasihat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Hidayat Nur Wahid menilai wajar jika jumlah pemilih mengambang atau swing voters jelang Pilpres 17 April mendatang masih cukup tinggi.
"Swing voters memang sangat biasa, bahkan sering kali lembaga survei keliru karena ternyata pada hari-hari tenang, banyak warga yang menentukan pilihannya jadi swing voters. Itu bagian dari dinamika pemilu menuju pemilu," ujar Hidayat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (11/3/2019).
Hidayat mengatakan swing voters memiliki kualifikasi sendiri untuk memilih capres-cawapres. Mulai dari sikapnya yang lebih kritis hingga lebih rasional.
Advertisement
"Tapi biasanya yang belum memilih itu karena mereka orang punya optimisme, mereka punya harapan, mereka orang yang betul-betul ingin segala sesuatu akan menjadi lebih baik. Biasanya begitu," ungkap dia.
Karena itu, politikus PKS ini yakin swing voters akan memilih pasangan capres-cawapres Prabowo-Sandi. Pasalnya swing voters akan memilih secara rasional dan tidak terpaku pada prestasi tetapi juga fokus pada realisasi janji kampanye.
"Yang ini belum terbukti, nanti kita buktikan saja lima tahun yang akan datang terbukti atau tidak. Kalau ternyata tidak tebukti dan tidak sesuai dengan harapan, diganti lagi," ucap dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno Mardani Ali Sera menyatakan, lawan berat calon presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) pada pemilihan presiden 2019 ini adalah dirinya sendiri.
Pasalnya, masih banyak janji-janji kampanye pada Pilpres 2014 yang hingga kini belum ditunaikan oleh Jokowi.
“Pak Jokowi lawannya dirinya sendiri, ketika berjanji di 2014. 63 janji belakangan, 20 yang kita lihat masih belum tertunaikan,” kata Mardani di Komplek Parlemen, Senayan Jakarta Pusat, Senin (11/3/2019).
Terkait anji-janji baru Jokowi soal tiga kartu yakni Kartu Indonesia Pintar Kuliah, Kartu Sembako Murah, dan Kartu Pra-Pekerja, menurut Mardani hal itu merupakan tanda kepanikan karena target elektabilitasnya tak tercapai.
“Ketika target elektabilitas tidak tercapai. Maka janji baru pun dikeluarkan. Tiga kartu ini kan sejujurnya tidak menyelesaikan masalah. Bukan kartu pencari kerja yang diperlukan. tetapi lapangan pekerjaan. dan lapangan pekerjaan itu tercipta ketika industrialisasi berjalan dengan baik. sekarang kita negatif,” jelas Mardani.
Menurut Mardani, lapangan pekerjaan akan tercipta ketika pertumbuhan ekonomi Indonesia mendekati angka 7 persen. Sementara saat ini Indonesia hanya mencapai 5,2.
“Sehingga ada ketidak mampuan pemerintah dan untuk menutupi ketidakmampuan digunakan lah kartu-kartu sakti ini,” tutupnya.
Senada dengan Mardani, Anggota BPN yang juga Direktur Pencapresan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Suhud Aliyudin Jokowi akan dikalahkan janji-janjinya sendiri.
Menurut dia, seharusnya Jokowi tak perlu banyak janji. Namun cukup menunaikan janji-janji yang masih menumpuk dan belum mampu direalisasikan di sisa jabatan ini. “Terutama janji terkait kesejahteraan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja,” sarannya
Jumlah Massa Mengambang Versi SMRC
Sebelumnya, SMRC merilis hasil survei saat pemilihan presiden, dilakukan hari ini. Data yang diolah akhir Januari 2019, Jokowi-Ma'ruf Amin unggul 54,9 persen dari pasangan Prabowo-Sandi yang hanya mendapatkan suara 32,1 persen.
"Survei dilakukan pada akhir Januari ini selisih 23 persen dan 13 persen masih tak dijawab (bimbang) selisih ini pada statistik signifikan dan nyata, calon satu unggul atas calon yang lain, tetapi preferensi politik tak pernah stabil bisa berubah tergantung pada kebijakan,"kata Direktur SMRC, Denny Irfan, saat rilis hasil survei di Kantor SMRC, Jakarta Pusat, Minggu (10/3/2019).
Sementara itu, jumlah pemilih yang belum memutuskan pilihannya sebesar 13 persen. SMRC melihat, Jokowi-Ma'ruf masih tetap unggul dengan selisih 10 persen.
"Bila 13 persen belum diputuskan semuanya ke Prabowo maka Jokowi Ma'ruf Amin masih unggul sekitar 10 persen. Angka ini lebih besar dari selisih Pilpres 2015 yang sekitar 6 persen," beber dia.
Survei ini dilaksanakan SMRC pada 24-31 Januari lalu. Respondennya adalah WNI yang memiliki hak pilih pada Pemilu 2019. Responden dipilih secara multistage random sampling sebanyak 1620 orang.
Margin of error rata-rata dari survei dengan ukuran sampel kurang dari 2,65 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement