Kompak, 3 Tim Capres-Cawapres di Pilpres 2024 Sepakat Perhatikan Nasib Petani Tembakau

Tiga tim pemenangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan berkontestasi di Pilpres 2024 bersepakat untuk tetap memperhatikan nasib para petani tembakau di Indonesia.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 24 Nov 2023, 20:26 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2023, 16:42 WIB
Tiga tim pemenangan capres dan cawapres yang akan berkontestasi di Pilpres 2024 bersepakat untuk tetap memperhatikan nasib para petani tembakau
Tiga tim pemenangan capres dan cawapres yang akan berkontestasi di Pilpres 2024 bersepakat untuk tetap memperhatikan nasib para petani tembakau di Indonesia. (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Liputan6.com, Jakarta Tiga tim pemenangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan berkontestasi di Pilpres 2024 bersepakat untuk tetap memperhatikan nasib para petani tembakau di Indonesia.

Hal itu disampaikan dalam diskusi Dialektika Demokrasi bertajuk, Menilik Visi Calon Presiden 2024 Tentang Keberlangsungan Lapangan Kerja pada Industri Hasil Tembakau, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKB, Luluk Nur Hamidah, mengatakan pasangan capres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau AMIN sejak awal sudah konsisten dalam persoalan petani tembakau karena menyangkut hajat hidup orang banyak.

“Saya kira posisi kami atau AMIN yang pertama melindungi petani tembakau. Itu merupakan satu hal yang tak bisa ditawar. Jadi petani memiliki hak konstitusional untuk dilindungi oleh negara mereka juga punya hak juga untuk mendapatkan jaminan bahwa kerja-kerjanya dilindungi,” tutur Nur Hamidah yang juga menjadi salah satu Juru Bicara Timnas Amin, Jumat (24/11/2023).

“Baik itu produksinya atau pasca produksinya. Bahkan termasuk juga untuk perlindungan kesejahteraan keluarga petani tembakau. Ini menjadi sangat penting,” jelas dia.

Menurut dia, persoalan tembakau juga menyangkut tenaga kerja, di mana banyak sekali industri hasil tembakau (IHT) mulai dari pemetik, perajam, pelinting, sampai kepada toko klontong.

“Kalau dulu saja lebih kurang sepuluh juta tenaga kerja yang berkaitan dengan Industro Hasil Tembakau. Maka kita perkirakan betapa besarnya serapan tenaga kerja di satu sisi. Kedua kontribusi pertembakauan bagi ekonomi nasional dan kalau itu kita semua pasti tak akan mengabaikan cukai rokok yang sangat besar, Rp178 Triliun,” jelas dia.

 

Tim Prabowo-Gibran

Juru Bicara TKN Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, Viva Yoga Mauladi, menyatakan tembakau bukan hanya merupakan persoalan kesehatan, melainkan hak hidup petani sebagai warga negara, ekonomi rakyat kecil. Persoalan sosial dan juga industri.

“Jadi dari tembakau saja itu mempunyai spektrum yang lebih luas dari sekedar kesehatan,” ungkapnya.

Politikus PAN itu menegaskan, posisi Prabowo dan Gibran bukan hanya pro petani tembakau, namun juga membela petani varietas lain serta nelayan Indonesia.

“Mereka bukan hanya sekedar bekerja tapi dia menjadi way of life. Menjadi gaya hidupnya. Oleh karena itu menjadi petani sudah ada UU, pemberdayaan dan pelindung petani dan nelayan. UU tentang pangan dan beberapa UU yang berkaitan dengan petani. Jadi sekarang tinggal implementasi dari UU,” terang Viva Yoga.

 

Tim Ganjar-Mahfud

Perwakilan Tim Penenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, Wisnu Brata bahkan mengklaim dari tiga paslon capres-cawapres, hanya Ganjar dan Mahfud yang paling menyatakan pembelaan terhadap petani, khususnya tembakau.

“Kenapa? Jadi pada saat 2013, saya dan teman-teman yang lain. Kami bertemu dengan beliau (Ganjar Pranowo) menyampaikan permasalahan petani tembakau, dan ternyata beliau menanggapi dengan baik. Sehingga setiap kami melakukan proses perjuangan petani tembakau, beliau berani statemen di beberapa media, bahkan sempat mengantar kami di TV untuk bertemu dengan Menkes saat itu,” ujar Wisnu.

Dia menilai, kenaikan cukai tertinggi terjadi di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Bahkan, harga rokok menjadi yang paling mahal di dunia.

“Teman-teman petani tembakau tentu sangat kaget dengan kenaikan cukai yang bertubi-tubi. Bahkan pernah naik di 2020 naiknya 23 persen. Dan saat itu terjadilah gejolak. Karena semua variabel rokok, plastik tidak mungkin. Yang terjadi adalah menekan bahan baku. Cengkeh dan tembakau sehingga petani di 10 provinsi itu terutama 4 provinsi penghasil untuk industri menjerit seketika. harapan yang dulu kita melihat cahaya dan kemudian redup,” Wisnu menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya