Sekjen PDIP Targetkan Ganjar-Mahfud MD Bisa Menang 70% di Yogyakarta

Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan perspektif historis sangat penting sebagai pijakan bagi partai berlambang kepala banteng dalam setiap gerak langkah perjuangan, termasuk dalam kontestasi politik Pileg dan Pilpres 2024.

oleh Tim News diperbarui 13 Jan 2024, 15:22 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2024, 15:22 WIB
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mendatangi Kantor DPD PDIP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (22/8/2023) siang.
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri ditemani Ganjar Pranowo dan Hasto Kristiyanto mendatangi Kantor DPD PDIP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (22/8/2023) siang.

Liputan6.com, Jakarta Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan perspektif historis sangat penting sebagai pijakan bagi partai berlambang banteng bermoncong putih dalam setiap gerak langkah perjuangan, termasuk dalam kontestasi politik Pileg dan Pilpres 2024.

Hal itu, dia sampaikan saat Konsolidasi Organisasi Internal Partai Terkait Pemenangan Pileg dan Pilpres wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Kantor DPD PDIP, Yogyakarta, Sabtu (13/1/2024).

"Karena sejarah adalah pijakan PDIP dalam melangkah ke depan," kata Hasto.

Pentingnya sejarah itu, lanjut Hasto, mengingatkan pesan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, agar setelah berhasil meluruskan tentang sejarah lahirnya Pancasila 1 Juni, maka diikuti dengan pelurusan sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta.

"Maka pesan ibu Megawati setelah kita berhasil meluruskan sejarah terkait dengan Serangan Umum 1 Maret, dimana yang memiliki peran sangat penting bukanlah Pak Harto sebagaiman sejarah yang dibuat pada masa Orde Baru, tetapi ternyata desainer dari perjuangan Serang Umum 1 Maret itu adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang menjadi menteri pertahanan," jelas Hasto.

Oleh sebab itu, Hasto mengungkapkan koneksitas historisnya terlihat, sehingga Serangan Umum 1 Maret tersebut ditetapkan sebagai Hari Kedaulatan Negara. Di mana yang berperan dalam pelurusan sejarah itu adalah Mahfud MD yang saat ini menjadi Calon Wakil Presiden (cawapres) Ganjar Pranowo.

"Pak Ganjar dan Pak Mahfud dengan demikkan memiliki peran yang penting dengan Jogja, karena itu Pilpres harus menang 70% untuk Paslon no 3," tegas Hasto.

 

Punya Historis yang Kuat

Lebih lanjut, Hasto menegaskan bahwa Ganjar Pranowo dan Mahfud MD memiliki koneksitas historis yang sangat kuat.

"Ganjar karena terkait dengan UU Keistimewaan, Prof Mahfud MD memiliki koneksitas historis terkait dengan Hari Kedaulatan Negara yang ditetapkan untuk menghormati Serangan Umum 1 Maret, karena itu lambang kedaulatan kita dalam menghadapi agresi militer dari kolonialisme Belanda," papar Hasto.

Hasto pun mengingatkan kepada seluruh kader PDI Perjuangan, bahwa aspek historis ini harus memperkuat langkah pemenangan di Pileg dan Pilpres 2024.

"Aspek-aspek historis ini yang seharusnya menjadi pegangan bagi kita, bagi kader-kader banteng PDI Perjuangan untuk terus melakukan suatu perencanaan strategis dan gerakan turun ke bawah dalam memenangkan PDI Perjuangan dan Ganjar- Mahfud MD satu putaran pada 14 Februari yang akan datang," imbuh Hasto.

 

Puan: Kita Tunjukkan Solo Itu Kandang Banteng, Bukan Mawar, Bukan Beringin

Usai menghadiri peringatan HUT ke-51 PDI Perjuangan (PDIP) di Sekolah Partai, Jakarta, Ketua DPR RI Puan Maharani menghadiri syukuran di Solo, Jawa Tengah. Ia pun menyinggung soal PDIP yang tengah menghadapi ujian kesetiaan.

“Puluhan tahun nanti ketika ada yang membaca sejarah PDI Perjuangan, maka akan ada cerita bagaimana di tahun 2024 ketika PDI Perjuangan berumur 51 tahun, partai kita ini menghadapi ujian besar,” ujar Puan dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (11/1/2024).

Puan mengatakan, PDIP saat ini sedang diuji mengenai permasalahan kesetiaan dari kadernya. Menurutnya, ujian tersebut pun menjadi salah satu ujian kesolidan dan ujian ideologis. “Akan dituliskan di buku-buku sejarah nantinya, bagaimana PDI Perjuangan di tahun 2024 menghadapi ujian kesetiaan, ujian kesolidan, ujian ideologis,” sebut Puan.

Oleh karenanya, Puan meminta kepada seluruh pasukan banteng untuk merapatkan barisan dan terus solid. “Apakah kita mau dituliskan bahwa PDI Perjuangan keok!? Apakah kita mau dituliskan bahwa PDI Perjuangan terpecah belah!? Tentu saja tidak!” tegas Puan.

Ketua DPP PDIP itu ingin PDIP dituliskan dalam buku-buku sejarah sebagai partai yang solid. Tak hanya itu, kata Puan, semua kader juga ingin agar PDIP mencetak sejarah sebagai pemenang Pemilu tiga kali berturut-turut.

“Kita mau PDI Perjuangan dituliskan sebagai partai yang menyatu dengan rakyat, kita mau PDI Perjuangan dituliskan di buku sejarah sebagai pemenang hattrick di Pemilu 2024. Setuju!!?? Solid!? Solid!? Solid!?” tanya Puan kepada kader PDIP yang hadir.

Puan kemudian mengingatkan Pemilu 2024 hanya tinggal 34 hari lagi. Ia meminta Solo tetap dan selalu menjadi kandang banteng.

“Kita tunjukkan bahwa Solo Raya itu kandang banteng, bukan taman mawar, bukan hutan beringin, bukan taman burung, tetapi Kandang Banteng. Dan kalau ada yang mau utak atik kandang banteng bisa kena seruduk. Betul tidak!?” tukas Puan.

 

Reporter: Alma Fikhasari/Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya