Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara PKS Ahmad Mabruri membeberkan alasan partainya lebih memilih Bobby Nasution daripada Edy Rahmayadi di Pilkada Sumatera Utara 2024.
Dia menuturkan, partainya sudah menjalin komunikasi dengan Edy Rahmayadi dua bulan lamanya, di mana meminta mencari partai lain untuk berkoalisi dan deklarasikan dirinya maju di Pilkada Sumatera Utara.
Baca Juga
Namun, Maburi mengungkapkan, Edy Rahmayadi tak bisa menjalankan syarat tersebut hingga waktu yang ditentukan.
Advertisement
"Sudah dua kali deadline diperpanjang beliau (Edy Rahmayadi) enggak bisa bawa partai lain untuk mendukungnya," kata dia, saat dikonfirmasi, Minggu (4/8/2024).
Mabruri pun mengatakan, setelah Edy Rahmayadi tak bisa menjalankan syarat tersebut, PKS berkomunikasi dengan Bobby Nasution.
PKS juga mengajukan sembilan keinginan kepada Bobby, dan dia menyanggupi untuk melaksanakan jika menang di Pilkada Sumatera Utara.
"Walhasil kita komunikasi dengan Bobby Nasution. Ketika ada sembilan keinginan PKS yang dijalankan kalau Bobby Nasution menang pilkada yang bersangkutan langsung tanda tangan," jelas dia.
"Atas dasar kesepahaman itu akhirnya DPP PKS memberikan SK dukungan kepada Bobby Nasution," imbuh dia.
Sebelumnya, pengamat politik asal Universitas Sumatera Utara (USU) Doktor Indra Fauzan lantas membeberkan sejumlah alasan kenapa PKS akhirnya memilih mengusung Bobby Nasution ketimbang Edy Rahmayadi.
Ada beberapa alasan yang menurut saya kenapa PKS tidak mendukung Edy Rahmayadi. Pertama adalah posisi Bobby Nasution yang unggul dalam survei," kita Indra Fauzan, Minggu (4/8/2024).
"Tidak diragukan lagi, di beberapa survei yang dilepas, Bobby Nasution unggul jauh dari rivalnya. Ini cukup memberi keyakinan bagi PKS untuk meninggalkan Edy," lanjutnya.
Hasil Survei
Diketahui, dari survei terbaru LSI, Bobby Nasution unggul telak dari nama-nama lain. Menurut survei itu, sebanyak 61,3 persen responden memilih Bobby, 30,6 persen responden memilih Edy, dan sisanya, 8,1 persen responden, tidak menjawab.
Sedangkan alasan kedua, kata Indra Fauzan, PKS tentu saja tidak akan dapat apa-apa jika mengusung Edy Rahmayadi. Apalagi jika sampai terjadi koalisi PKS-PDIP, maka akan terjadi pula ego politik dari PDIP.
"Dalam artian, PDIP akan berusaha keras memajukan kader mereka karena mereka adalah pengusung utama. Sedangkan Edy bukan kader PKS, berarti PKS tidak akan dapat apa-apa," papar Fauzan, alumni pasca sarjana Universiti Kebangsaan Malaysia itu.
"Jadi jika posisi Cagubnya Edy, maka posisi Wagub dari internal PDIP sendiri. Dengan situasi sudah seperti ini, berat bagi PKS mengusung Edy Rahmayadi. Bahkan mungkin juga bagi PDIP sendiri, mending mereka bertarung pakai kader sendiri," papar Indra Fauzan.
Advertisement
Posisi Tawar
Alasan ketiga adalah, posisi tawar PKS di koalisi nasional. Tak bisa dipungkiri lagi, ada keinginan PKS untuk masuk koalisi Prabowo-Gibran di ranah nasional.
"Maka, salah satu jalannya dengan mendukung Bobby Nasution. Gerindra-PKS sudah lama akrab dalam konstelasi politik, jadi keinginan PKS bergabung dengan Gerindra bisa direalisasikan dengan mendukung Bobby Nasution," papar Fauzan.
Adapun alasan keempat, PKS tentunya tidak ingin melepas Sumut yang selalu mereka kuasai.
"Setiap calon yang mereka usung dari 2008, 2013, 2018 selalu berhasil mereka menangkan. Rekor ini tentunya ingin dipertahankan oleh PKS. Jadi cukup realistis apabila mereka mendukung Bobby dan tidak mendukung Edy," pungkas Fauzan.
Â
Reporter: Alma Fikhasari/Merdeka.com