Survei: Elektabilitas Rudy Mas'ud-Seno Aji Kalahkan Petahana Isran Noor-Hadi Mulyadi Jelang Pilkada Kaltim 2024

Lembaga Penelitian Masyarakat Milenium (LPMM) mengungkapkan hasil survei terkini mengenai dua pasangan calon kepala daerah di Pilkada Kaltim 2024.

oleh Tim News diperbarui 22 Okt 2024, 15:01 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2024, 09:20 WIB
Ilustrasi pilkada serentak (Liputan6.com/Yoshiro)
Ilustrasi pilkada serentak (Liputan6.com/Yoshiro)

Liputan6.com, Jakarta - Pemilihan Kepala Daerah Kalimantan Timur atau Pilkada Kaltim 2024 akan dilaksanakan secara serentak pada 27 November mendatang. Saat ini, para kandidat tengah giat melakukan kampanye untuk menarik perhatian dan memikat hati masyarakat.

Lalu, siapakah calon gubernur dan calon wakil gubernur yang paling banyak dipilih oleh masyarakat Kaltim? Lembaga Penelitian Masyarakat Milenium (LPMM) mengungkapkan hasil survei terkini mengenai dua pasangan calon kepala daerah Kaltim.

"Pasangan Rudy Mas'ud-Seno Aji mendapatkan angka elektabilitas yang cukup signifikan, yaitu sebesar 58,7%. Di sisi lain, pasangan petahana Isran Noor-Hadi Mulyadi hanya memperoleh angka elektabilitas sebesar 32,7%, dan persentase responden yang tidak memberikan pilihan mencapai 8,6%," ujar Direktur Eksekutive LPMM Alamsyah Wijaya melalui keterangan tertulis, Selasa (22/10/2024).

Dia mengatakan, dalam kategori Top of Mind, yang merupakan pertanyaan terbuka, nama calon gubernur dan calon wakil gubernur petahana, Isran Noor-Hadi Mulyadi hanya dipilih secara spontan oleh 30,1% responden.

"Sebaliknya, pasangan penantang Rudy Mas'ud-Seno Aji berhasil meraih 51,7% suara spontan, sedangkan 18,2% responden tidak memberikan jawaban," ucap Alamsyah.

Selanjutnya, sambung dia, dalam pertanyaan tertutup di mana responden diminta memilih salah satu pasangan calon kepala daerah Kaltim, hasilnya menunjukkan bahwa pasangan petahana Isran Noor-Hadi Mulyadi, memperoleh 32,7% suara, sementara pasangan Rudy Mas'ud-Seno Aji mendapatkan 58,7% suara. Selain itu, sebanyak 8,6% responden tidak memberikan pilihan.

 

Hasil Survei Elektabilitas Lainnya

Ilustrasi pilkada serentak (Liputan6.com/Yoshiro)
Ilustrasi pilkada serentak (Liputan6.com/Yoshiro)

Alamsyah mengatakan, jika dilihat dari hasil survei ini, elektabilitas Rudy Mas'ud-Seno Aji tampak sulit untuk dikejar oleh pasangan petahana Isran Noor-Hadi Mulyadi.

"Masih ada waktu sekitar lima minggu yang dapat dimanfaatkan. Namun, dengan selisih angka yang mencapai 25% dan sisa waktu yang terbatas, akan sangat berat bagi petahana untuk mengejar elektabilitas penantangnya," kata dia.

Meskipun sulit, lanjutnya, hal itu bukan berarti mustahil, tergantung pada strategi yang akan diterapkan oleh petahana dalam upaya meraih suara. Menurut Alamsyah, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja petahana yang berada di bawah 50% menjadi salah satu penyebab rendahnya elektabilitas mereka.

"Dalam temuan survei, ketika masyarakat Kaltim diminta untuk menilai kinerja Isran Noor-Hadi Mulyadi, hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kepuasan (approval rating) terhadap kinerja mereka sebagai gubernur hanya mencapai 40,3%," kata dia.

Rinciannya, lanjut Alamsyah, 32,4% responden merasa puas dan 7,9% merasa sangat puas, sementara yang tidak puas mencapai 51,4%, dan yang sangat tidak puas hanya 2,7%.

"Dalam survei tersebut, responden juga ditanya apakah Isran Noor-Hadi Mulyadi layak untuk dicalonkan kembali selama lima tahun ke depan. Hasilnya, 61,8% responden menjawab tidak layak, sedangkan 31,9% menjawab layak," ucap dia.

 

Faktor yang Sebabkan Kekalahan

ilustrasi Pilkada serentak
Pilkada serentak

Alamsyah menyebut, LPMM mencatat beberapa faktor berkontribusi terhadap potensi kekalahan Isran Noor-Hadi Mulyadi sebagai petahana. Pertama, kata dia, ketidakmampuan calon petahana untuk memberikan inovasi atau perubahan yang signifikan selama masa jabatannya.

Hal itu, lanjut Alamsyah, membuat masyarakat merasa bahwa di bawah pemerintahan mereka, Kalimantan Timur, yang kaya dengan sumber daya alam, tidak berkembang secara optimal dan tidak memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.

"Jika calon petahana gagal menunjukkan proyek-proyek yang berhasil atau gagasan segar untuk masa depan Kalimantan Timur, yang akan menjadi Ibu Kota Negara, pemilih mungkin lebih memilih calon baru yang dianggap memiliki visi yang lebih baik," terang dia.

Kedua, lanjut Alamsyah, gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat juga dapat menyebabkan kekalahan calon petahana. Jika calon petahana tidak memperhatikan aspirasi masyarakat atau tidak responsif terhadap kebutuhan mereka, pemilih cenderung mencari perubahan dengan memilih calon baru yang menawarkan pendekatan kepemimpinan yang lebih sesuai.

Padahal, sambungnya, salah satu kelebihan seorang petahana agar dapat terpilih kembali adalah memiliki waktu yang lebih lama untuk menyosialisasikan diri dan menunjukkan kinerja serta hasil kerja mereka selama menjabat.

"Survei yang dilakukan oleh LPMM ini berlangsung dari tanggal 10 hingga 20 Oktober 2024, dengan mengambil sampel sebanyak 1.200 responden dari populasi daftar pemilih tetap (DPT) Pilkada Kaltim 2024," kata dia.

"Responden tersebar secara proporsional di tujuh kabupaten dan tiga kota di Kalimantan Timur. Penarikan sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling. Tingkat kepercayaan survei ini mencapai 95% dengan margin of error sebesar +/- 2,89%," tandas Alamsyah.

Infografis Beda Putusan MK dan DPR Terkait Revisi UU Pilkada. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Beda Putusan MK dan DPR Terkait Revisi UU Pilkada. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya