Dharma Pongrekun Kenalkan Lagi Konsep Pipi Monyet, Sebut Banjir Bukan Musibah

Calon gubernur Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun mengatakan, akan langsung bergerak melakukan normalisasi setelah dilantik untuk memberikan akses air bersih bagi warga.

oleh Putu Merta Surya PutraNanda Perdana PutraAdy AnugrahadiWinda Nelfira diperbarui 17 Nov 2024, 20:52 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2024, 20:52 WIB
Calon gubernur (Cagub) nomor urut 1 Ridwan Kamil, Cagub nomor urut 2 Dharma Pongrekun, dan Cagub nomor urut 3 Pramono Anung saat debat terakhir atau debat ketiga Pilkada Jakarta 2024.
Calon gubernur (Cagub) nomor urut 1 Ridwan Kamil, Cagub nomor urut 2 Dharma Pongrekun, dan Cagub nomor urut 3 Pramono Anung saat debat terakhir atau debat ketiga Pilkada Jakarta 2024. (Tangkapan Layar YouTube KPU Jakarta)

Liputan6.com, Jakarta Calon gubernur Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun mengatakan, akan langsung bergerak melakukan normalisasi setelah dilantik untuk memberikan akses air bersih bagi warga.

Hal ini disampaikan dalam debat pamungkas Pilkada Jakarta 2024 di Golden Ballroom Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Minggu (17/11/2024).

"Kami akan lakukan normalisasi di 13 sungai yang ada. lalu melakukan naturalisasi, melakukan (pembuatan) hutan di pinggir kali agar 13 sungai tersebut layak dikonsumsi," jelas Dharma.

Pihaknya juga kembali mengenalkan konsep pipi monyet, di mana ini merupakan waduk yang kering untuk menampung hujan, menampung banjir kiriman dari Jawa Barat itu bisa dimanfaatkan untuk mengganti kolam penampungan air hujan.

"Karena ini air tawar, maka air tawar ini dapat menjadi air bersih dengan menggunakan teknologi yang terhubung dengan pipanisasi dengan PDAM. Jadi rakyat Jakarta tidak perlu pusing dengan larangan penggunaan air tanah, karena solusinya sudah ada," klaim Dharma.

Dia menegaskan, kolam pipi monyet itu akan disediakan di RPTRA maupun lapangan tenis dan basket, di mana akan menyediakan saluran untuk dapat menampung air hujan tersebut. Menurutnya, dengan teknologi itu, pihaknya akan mengelola air hujan untuk bisa dikonsumsi.

"Sehingga warga Jakarta berhemat tidak perlu lagi membeli lagi air galon. Dan rakyat Jakarta kami ajar untuk harmoni dengan alam, karena alam diberikan oleh Tuhan untuk kita lestarikan," ungkap Dharma.

 

 

 

Banjir Bukan Musibah

Dharma pun tak setuju air tak perlu dibatasi, karena air merupakan kebutuhan dasar manusia. Justru menurutnya, yang perlu dibatasi adalah korupsinya.

"kalau korupsi tidak ada, rakyat tidak perlu membeli air galon. Karena sebenarnya PDAM mampu menyiapkan teknologi itu," ungkap dia.

Selain itu, dia menyebut sudah da waduk untuk menampung banjir kiriman. Karena itu, Dharma meminta jangan lagi ada yang menganggap banjir sebagai suatu musibah.

"Sebenarnya kalau kita tahu mengatasinya, sudah ada dua waduk di Sukamahi dan di Ciawi kita manfaatkan untuk menampung banjir kiriman. Mulai sekarang saya mengajak, mari kita tidak menganggap banjir itu musibah, tapi mari kita menganggap banjir itu adalah rezeki dari Tuhan," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya