Hemat Waktu, Pria Ini Bawa Pesawat ke Tempat Kerja

oleh Johan Fatzry, diperbarui 31 Agu 2016, 06:35 WIB

Diterbitkan 25 Agu 2016, 19:30 WIB

20160825-Pesawat-Terbang-Ceko-Frantisek Hadrava-Reuters

Frantisek Hadrava mengendarai Vampira, pesawat ultralight buatannya, saat ingin berangkat ke tempat kerjanya di Zdikov, Republik Ceko, (23/8

Foto 1 dari 7

Frantisek Hadrava mengendarai Vampira, pesawat ultralight buatannya, saat ingin berangkat ke tempat kerjanya di Zdikov, Republik Ceko, (23/8). Hadrava menghabiskan 100 ribu koruna atau Rp 55 juta untuk membuat pesawat sendiri. (REUTERS/David W Cerny)

Foto 2 dari 7

Frantisek Hadrava mempersiapkan pesawat miliknya di Zdikov, Republik Ceko, (23/8). Menurut pria yang berprofesi sebagai tukang kunci ini mengendarai mobil selama 14 menit menuju tempat kerjanya terlalu memakan banyak waktu. (REUTERS/David W Cerny)

Foto 3 dari 7

Frantisek Hadrava mengendarai pesawatnya saat menuju tempat kerjanya, di Zdikov, Republik Ceko, Selasa (23/8). Dengan pesawat ini Hedrava hanya butuh waktu sekitar tujuh menit menuju tempat kerjanya. (REUTERS/David W Cerny)

Foto 4 dari 7

Berita Terkait

Frantisek Hadrava bersiap menaiki pesawat miliknya di Zdikov, Republik Ceko, (23/8). Pesawat ini membutuhkan bahan bakar sekitar 6 liter untuk terbang selama 1 jam dan memiliki kecepatan maksimal mencapai 146 km per jam. (REUTERS/David W Cerny)

Foto 5 dari 7

Frantisek Hadrava saat mengendarai pesawat miliknya di Zdikov, Republik Ceko, (23/8). Pesawat yang dapat terbang ringan ini hampir seluruhnya terbuat dari kayu. (REUTERS/David W Cerny)

Foto 6 dari 7

Frantisek Hadrava mengendarai pesawatnya saat menuju tempat kerjanya, di Zdikov, Republik Ceko, Selasa (23/8). Dengan pesawat ini Hedrava hanya butuh waktu sekitar tujuh menit menuju tempat kerjanya. (REUTERS/David W Cerny)

Foto 7 dari 7

Pesawat milik Frantisek Hadrava saat berada di parkiran mobil dekat tempat kerjanya, di Zdikov, Republik Ceko, Selasa (23/8). Hadrava menghabiskan 100 ribu koruna atau Rp 55 juta untuk membuat pesawat sendiri. (REUTERS/David W Cerny)