FOTO: Miris, Anak-Anak Yaman Terpaksa Sekolah di Bawah Pohon

oleh Arny Christika Putri, diperbarui 23 Jun 2022, 14:03 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2018, 11:27 WIB
Anak-Anak Yaman yang Bersekolah
Sekitar 2.500 sekolah telah rusak atau hancur sejak koalisi pimpinan Saudi melakukan intervensi pada tahun 2015 di Yaman
Foto 1 dari 6
Anak-Anak Yaman yang Bersekolah
Para pelajar Yaman yang terlantar menghadiri kelas di bawah pohon sebuah lapangan terbuka, di distrik Abs utara, Yaman pada 28 Oktober 2018. UNICEF menyebut sekitar dua juta anak di Yaman putus sekolah, sejak konflik melanda pada 2015. (ESSA AHMED/AFP)
Foto 2 dari 6
Anak-Anak Yaman yang Bersekolah
Para pelajar Yaman yang terlantar mengikuti kegiatan belajar di bawah pohon sebuah lapangan, di distrik Abs utara, Yaman pada 28 Oktober 2018. UNICEF menyebut sekitar dua juta anak di Yaman putus sekolah, sejak konflik melanda pada 2015. (ESSA AHMED/AFP)
Foto 3 dari 6
Anak-Anak Yaman yang Bersekolah
Para pelajar Yaman yang terlantar menghadiri kelas di bawah pohon sebuah lapangan terbuka, di distrik Abs utara, Yaman pada 28 Oktober 2018. UNICEF menyebut sekitar dua juta anak di Yaman putus sekolah, sejak konflik melanda pada 2015. (ESSA AHMED/AFP)
Foto 4 dari 6
Anak-Anak Yaman yang Bersekolah
Para pelajar Yaman yang terlantar mengikuti kegiatan belajar di bawah pohon sebuah lapangan, di distrik Abs utara, Yaman pada 28 Oktober 2018. UNICEF menyebut sekitar dua juta anak di Yaman putus sekolah, sejak konflik melanda pada 2015. (ESSA AHMED/AFP)
Foto 5 dari 6
Anak-Anak Yaman yang Bersekolah
Para pelajar Yaman yang terlantar menghadiri kelas di bawah pohon sebuah lapangan terbuka, di distrik Abs utara, Yaman pada 28 Oktober 2018. UNICEF menyebut sekitar dua juta anak di Yaman putus sekolah, sejak konflik melanda pada 2015. (ESSA AHMED/AFP)
Foto 6 dari 6
Anak-Anak Yaman yang Bersekolah
Para pelajar Yaman yang terlantar mengikuti kegiatan belajar di bawah pohon sebuah lapangan, di distrik Abs utara, Yaman pada 28 Oktober 2018. UNICEF menyebut sekitar dua juta anak di Yaman putus sekolah, sejak konflik melanda pada 2015. (ESSA AHMED/AFP)