FOTO: Melestarikan Batik Betawi di Tengah Gempuran Printing

oleh Arnaz Sofian, diperbarui 10 Mar 2019, 13:58 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2019 13:58 WIB
Melestarikan Batik Betawi di Tengah Gempuran Printing
Batik Betawi menawarkan beragam motif seperti ondel-ondel, bunga manggar hingga Monumen Nasional (Monas).
Foto 1 dari 6
Melestarikan Batik Betawi di Tengah Gempuran Printing
Perajin membuat batik tulis khas Betawi di rumah produksi Keluarga Batik Betawi, Setu Babakan, Jakarta Selatan, Minggu (10/3). Batik Betawi ini bermotif ondel-ondel, bunga manggar hingga Monumen Nasional (Monas). (merdeka.com/Arie Basuki)
Foto 2 dari 6
Melestarikan Batik Betawi di Tengah Gempuran Printing
Perajin membuat batik tulis khas Betawi di rumah produksi Keluarga Batik Betawi, Setu Babakan, Jakarta Selatan, Minggu (10/3). Kain batik Betawi ini dijual seharga Rp 135 ribu hingga Rp 800 ribu per helai. (merdeka.com/Arie Basuki)
Foto 3 dari 6
Melestarikan Batik Betawi di Tengah Gempuran Printing
Perajin membuat batik cap dan tulis khas Betawi di rumah produksi Keluarga Batik Betawi, Setu Babakan, Jakarta Selatan, Minggu (10/3). Usaha ini sekaligus melestarikan batik tradisional di tengah gempuran batik printing. (merdeka.com/Arie Basuki)
Foto 4 dari 6
Melestarikan Batik Betawi di Tengah Gempuran Printing
Perajin membuat batik cap dan tulis khas Betawi di rumah produksi Keluarga Batik Betawi, Setu Babakan, Jakarta Selatan, Minggu (10/3). Batik Betawi ini bermotif ondel-ondel, bunga manggar hingga Monumen Nasional (Monas). (merdeka.com/Arie Basuki)
Foto 5 dari 6
Melestarikan Batik Betawi di Tengah Gempuran Printing
Suasana saat para perajin membuat batik cap dan tulis khas Betawi di rumah produksi Keluarga Batik Betawi, Setu Babakan, Jakarta Selatan, Minggu (10/3). Batik Betawi ini dijual seharga Rp 135 ribu hingga Rp 800 ribu per helai. (merdeka.com/Arie Basuki)
Foto 6 dari 6
Melestarikan Batik Betawi di Tengah Gempuran Printing
Perajin membuat batik tulis khas Betawi di rumah produksi Keluarga Batik Betawi, Setu Babakan, Jakarta Selatan, Minggu (10/3). Usaha ini sekaligus melestarikan batik tradisional di tengah gempuran batik printing. (merdeka.com/Arie Basuki)