FOTO: Geliat Petani Kolang-Kaling di Kaki Gunung Salak

oleh Arnaz Sofian, diperbarui 25 Apr 2021, 17:00 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2021 17:00 WIB
FOTO: Geliat Petani Kolang-Kaling di Kaki Gunung Salak
Kampung Citugu yang terletak di kaki Gunung Salak dikenal sebagai Kampung Ceruluk atau Kampung Kolang-Kaling sejak puluhan tahun lalu.
Foto 1 dari 10
FOTO: Geliat Petani Kolang-Kaling di Kaki Gunung Salak
Pekerja menumbuk kolang-koling kali usai dikupas di Kampung Citugu, Desa Puraseda, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (25/4/2021). Kampung di kaki Gunung Salak ini dikenal sebagai Kampung Ceruluk atau Kampung Kolang-Kaling sejak puluhan tahun lalu. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Foto 2 dari 10
FOTO: Geliat Petani Kolang-Kaling di Kaki Gunung Salak
Aktivitas petani saat mengolah buah aren menjadi kolang-kaling di Kampung Citugu, Desa Puraseda, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (25/4/2021). Pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai menyebabkan penjualan kolang-kaling lesu. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Foto 3 dari 10
FOTO: Geliat Petani Kolang-Kaling di Kaki Gunung Salak
Ajum (51) memisahkan buah aren batangnya sebelum dimasak menjadi kolang-kaling di Kampung Citugu, Desa Puraseda, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (25/4/2021). Menurut Ajum, tahun ini permintaan kolang-kaling menurun drastis dibandingkan tahun lalu. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Foto 4 dari 10
FOTO: Geliat Petani Kolang-Kaling di Kaki Gunung Salak
Edi (60) menunjukkan buah aren yang akan diolah menjadi kolang-kaling di Kampung Citugu, Desa Puraseda, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (25/4/2021). Edi mengaku kolang-kaling miliknya hingga kini masih belum dibeli tengkulak. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Foto 5 dari 10
FOTO: Geliat Petani Kolang-Kaling di Kaki Gunung Salak
Pekerja memasak buah aren menjadi kolang-kaling di Kampung Citugu, Desa Puraseda, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (25/4/2021). Biasanya, pertengahan bulan puasa stok kolang kaling sudah habis diborong tengkulak, namun kini masih menumpuk di rumah. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Foto 6 dari 10
FOTO: Geliat Petani Kolang-Kaling di Kaki Gunung Salak
Suasana pengolahan buah aren menjadi kolang-kaling di Kampung Citugu, Desa Puraseda, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (25/4/2021). Tenaga pengupas buah aren mayoritas perempuan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Foto 7 dari 10
FOTO: Geliat Petani Kolang-Kaling di Kaki Gunung Salak
Pekerja perempuan membawa anak saat bekerja mengupas buah aren di Kampung Citugu, Desa Puraseda, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (25/4/2021). Dalam sehari, satu petani di kampung ini mampu menghasilkan 80-100 kg kolang-kaling. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Foto 8 dari 10
FOTO: Geliat Petani Kolang-Kaling di Kaki Gunung Salak
Sejumlah pekerja perempuan membawa anak mereka saat bekerja mengupas buah aren di Kampung Citugu, Desa Puraseda, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (25/4/2021). Kolang-kaling dari petani dibanderol ke tengkulak dengan harga Rp 6.000-Rp 9.000 per kilogram. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Foto 9 dari 10
FOTO: Geliat Petani Kolang-Kaling di Kaki Gunung Salak
Pekerja mengupas buah aren di Kampung Citugu, Desa Puraseda, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (25/4/2021). Kolang-kaling dari petani dibanderol ke tengkulak dengan harga Rp 6.000-Rp 9.000 per kilogram. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Foto 10 dari 10
FOTO: Geliat Petani Kolang-Kaling di Kaki Gunung Salak
Pekerja menunjukkan kolang-kaling yang telah didiamkan selama seminggu dan menumpuk di rumah di Kampung Citugu, Desa Puraseda, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (25/4/2021). Tenaga pengupas buah aren mayoritas perempuan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)