Melalui Seni, Kabata Tanrasula Merajut Sejarah dan Identitas di Cape Town Afrika Selatan

oleh Helmi Fithriansyah, diperbarui 17 Des 2024, 18:32 WIB
Diterbitkan 17 Des 2024, 18:35 WIB
Melalui Seni, Kabata Tanrasula Merajut Sejarah dan Identitas di Cape Town Afrika Selatan
Kabata Tanrasula bermakna “syair tentang kemuliaan manusia”, berasal dari bahasa Maluku Utara (Kabata) dan Bahasa Makassar untuk kata Tanrasula. Penampilan karya yang difasilitasi Kementerian Kebudayaan RI ini melibatkan lima komposer: Aristofani dari Makassar, Maskur Daeng Ngesa dari Gowa, Atadengkofia dari Ternate, Lawe Samagaha dari Bogor, Anggara Satria dari Riau, serta 1 videografer Agus Eko Triyono dari Solo. Selama 45 menit, Kabata Tanrasula menghidupkan panggung dengan perpaduan instrumen tradisional Nusantara, narasi dan teks seni tutur, gerak, animasi visual, dan tata cahaya. Kabata Tanrasula berkisah tentang perjalanan dan perjuangan Syekh Yusuf Al-Makassari dan Syekh Imam Abdullah Kadi Abdussalam dari Tidore yang diasingkan ke Cape Town, Afrika Selatan. Kabata Tanrasula tidak hanya berkisah tentang perjuangan dua tokoh besar, Syekh Yusuf Al-Makassari dan Syekh Imam Abdullah Kadi Abdussalam, tetapi juga menghadirkan sebuah dialog penting tentang dekolonisasi dan identitas yang relevan hingga saat ini.
Foto 1 dari 10
Melalui Seni, Kabata Tanrasula Merajut Sejarah dan Identitas di Cape Town Afrika Selatan
Tim Konstelasi Artistik Indonesia saat menampilkan pertunjukan seni Kabata Tanrasula di Chandelier Room di komplek Castle of Good Hope, Cape Town, 30 November 2024. (Foto oleh: Konstelasi Artistik Indonesia)
Foto 2 dari 10
Melalui Seni, Kabata Tanrasula Merajut Sejarah dan Identitas di Cape Town Afrika Selatan
Kabata Tanrasula bermakna “syair tentang kemuliaan manusia”, berasal dari bahasa Maluku Utara (Kabata) dan Bahasa Makassar untuk kata Tanrasula. (Foto oleh: Konstelasi Artistik Indonesia)
Foto 3 dari 10
Melalui Seni, Kabata Tanrasula Merajut Sejarah dan Identitas di Cape Town Afrika Selatan
Penampilan karya yang difasilitasi Kementerian Kebudayaan RI ini melibatkan lima komposer: Aristofani dari Makassar, Maskur Daeng Ngesa dari Gowa, Atadengkofia dari Ternate, Lawe Samagaha dari Bogor, Anggara Satria dari Riau, serta 1 videografer Agus Eko Triyono dari Solo. (Foto oleh: Konstelasi Artistik Indonesia)
Foto 4 dari 10
Melalui Seni, Kabata Tanrasula Merajut Sejarah dan Identitas di Cape Town Afrika Selatan
Selain itu terdapat seniman pendukung seperti Bakri Daeng Bombong, Azis Daeng Gassing, Arif Rahman, Zahran Dzulfiqar, Rizky Salman, dan Abimevlana Hatta. Untuk optimalisasi Kabata Tanrasula sebagai karya musik untuk seni pertunjukan, Konstelasi Artistik Indonesia melibatkan Ancoe Amar sebagai sutradara, Mamedz penata cahaya, dan Isa Faizal untuk pengembangan artistik. (Foto oleh: Konstelasi Artistik Indonesia)
Foto 5 dari 10
Melalui Seni, Kabata Tanrasula Merajut Sejarah dan Identitas di Cape Town Afrika Selatan
Selama 45 menit, Kabata Tanrasula menghidupkan panggung dengan perpaduan instrumen tradisional Nusantara, narasi dan teks seni tutur, gerak, animasi visual, dan tata cahaya. (Foto oleh: Konstelasi Artistik Indonesia)
Foto 6 dari 10
Melalui Seni, Kabata Tanrasula Merajut Sejarah dan Identitas di Cape Town Afrika Selatan
Kabata Tanrasula berkisah tentang perjalanan dan perjuangan Syekh Yusuf Al-Makassari dan Syekh Imam Abdullah Kadi Abdussalam dari Tidore yang diasingkan ke Cape Town, Afrika Selatan. (Foto oleh: Konstelasi Artistik Indonesia)
Foto 7 dari 10
Melalui Seni, Kabata Tanrasula Merajut Sejarah dan Identitas di Cape Town Afrika Selatan
Karya ini dimulai dengan kelahiran Syekh Yusuf di Gowa pada tanggal 3 Juli 1626. Cahaya terang yang memancar hingga ke langit di Gowa menandai peristiwa kelahiran Syekh Yusuf menjadi cerita turun-temurun dan menghebohkan Gowa hingga ke Kerajaan Tallo. (Foto oleh: Konstelasi Artistik Indonesia)
Foto 8 dari 10
Melalui Seni, Kabata Tanrasula Merajut Sejarah dan Identitas di Cape Town Afrika Selatan
Produksi Kabata Tanrasula di Cape Town menjadi fase puncak dari rangkaian proses Seeking Tuan Guru. Helza Amelia, Manajer Produksi Kabata Tanrasula, menjelaskan bahwa perjalanan panjang ini tidak hanya menghadirkan sebuah pertunjukan seni, tetapi juga menjadi medium refleksi sejarah dan budaya yang menghubungkan Nusantara dan Afrika Selatan. (Foto oleh: Konstelasi Artistik Indonesia)
Foto 9 dari 10
Melalui Seni, Kabata Tanrasula Merajut Sejarah dan Identitas di Cape Town Afrika Selatan
Kabata Tanrasula tidak hanya berkisah tentang perjuangan dua tokoh besar, Syekh Yusuf Al-Makassari dan Syekh Imam Abdullah Kadi Abdussalam, tetapi juga menghadirkan sebuah dialog penting tentang dekolonisasi dan identitas yang relevan hingga saat ini. (Foto oleh: Konstelasi Artistik Indonesia)
Foto 10 dari 10
Melalui Seni, Kabata Tanrasula Merajut Sejarah dan Identitas di Cape Town Afrika Selatan
Kabata Tanrasula kemudian menjadi momen penting untuk menghubungkan kembali sejarah Nusantara dengan diaspora dan keturunan Indonesia di Cape Town. (Foto oleh: Konstelasi Artistik Indonesia)