Liputan6.com, Jakarta - Pidato Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang menyebut perang dagang di dunia seperti film seri Game of Thrones dalam acara Annual Meeting IMF World Bank pekan lalu menuai pujian. Namun, tak sedikit pula yang melontarkan kritik pedas, terutama dari partai oposisi pemerintah seperti Gerindra dan Demokrat.
Saat memberikan orasi ilmiah dalam rangka Sidang Senat Terbuka Universitas Kristen Indonesia (UKI), Senin (15/10/2018), Jokowi menanggapi kritikan tersebut. Dia menegaskan, pidato yang disampaikan dalam agenda tahunan IMF itu untuk mengingatkan negara-negara besar di dunia yang sedang terlibat perang dagang.
"Karena ini jadi ramai. Sekali lagi, perhelatan ekonomi dan politik dunia saat ini diwarnai pertarungan antara kekuatan-kekuatan besar, antar negara-negara besar dan negara-negara elite," kata Jokowi di Kampus UKI.
Advertisement
"Sebenarnya pesan moral utama yang ingin saya sampaikan pada saat itu adalah bahwa konfrontasi dan perselisihan akan mengakibatkan penderitaan," sambungnya.
Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah ini menjelaskan, tatkala perebutan kekuasaan ekonomi maupun politik antara negara-negara besar terjadi maka dunia terancam hancur. Sebab, dalam setiap pertarungan selalu menimbulkan kemenangan dan kekalahan.
"Bahwa kekalahan maupun kemenangan dalam perang selalu hasilnya sama yaitu dunia porak poranda. Tidak boleh melakukan kerusakan hanya untuk menghasilkan sebuah kemenangan, tidak ada artinya kemenangan yang dirayakan di tengah kehancuran. Itulah pesan moral yang ingin saya sampaikan di saat itu," paparnya.
Tak hanya berkaitan dengan perang dagang negara besar di dunia, pidato Jokowi dalam Annual Meeting IMF World Bank sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Di mana, Indonesia akan menghadapi Pemilu serentak pada April 2019.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Jangan Timbulkan Kegaduhan
Dalam Pemilu, pertarungan sengit terjadi dalam memperebutkan kekuasaan. Jokowi menginginkan, kontestasi politik dalam Pemilu tidak menimbulkan kegaduhan dalam lingkungan masyarakat maupun keamanan nasional.
"Memang kontestasi diikuti kompetisi dan rivalitas. Tapi kompetisi dan rivalitas itu dibangun di atas pondasi yang tidak saling menjatuhkan, kontestasi tidak boleh menimbulkan kegaduhan dan permusuhan, kebencian, kedengkian, tidak saling mencela. Tidak harus saling memfitnah. Kontestasi tidak boleh menimbulkan kerusakan dan kontestasi tidak boleh mengorbankan fondasi kebangsaan kita," tegasnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menekankan, dalam pesta demokrasi rakyat harus diajarkan pendidikan politik yang benar. Narasi-narasi politik yang disampaikan harus memberikan dampak positif bagi seluruh rakyat Indonesia.
"Rakyat kita harus merayakan kontestasi ini dengan kegembiraan. Ini sering saya sampaikan yang diwarnai oleh narasi-narasi sejuk, ide-ide kemajuan, gagasan untuk kemajuan, program-program untuk Indonesia maju. Dengan merayakan perbedaan pilihan dengan penuh kedewasaan, dengan penuh kematangan yang justru ini akan memperkokoh Bhineka Tunggal Ika kita dan persatuan kita," jelasnya.
Dalam sidang tahunan IMF, Jokowi menyampaikan pidato bertema Game of Thrones. Menurut Wakil Ketua Partai Gerindra Fadli Zon pidato Jokowi tersebut justru menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia sangat lemah.
Sementara Wakil Sekretaris Jendral (Wasekjen) Partai Demokrat, Rachland Nashidik menilai pidato Jokowi hanya bermuatan lelucon.
Â
Reporter: Titin Supriatin
Sumber: Merdeka.com
Advertisement