Liputan6.com, Jakarta - Perlambatan ekonomi Indonesia yang diikuti dengan anjloknya nilai tukar rupiah dinilai membawa dampak negatif dan posifit bagi sektor properti di dalam negeri.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan, jika dibandingkan tahun lalu, penjualan properti untuk kelas menengah ke atas mengalami penurunan.
Baca Juga
"Untuk yang kelas menengah ke atas (penjualannya) anjlok," ujarnya di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (26/8/2015).
Advertisement
Menurutnya, itu terjadi lantaran selama ini para pengembangan lebih banyak fokus kepada properti mewah yang diperuntukan bagi masyarakat kelas menengah ke atas. Sedangkan pasar untuk kelas ini masih sangat terbatas.
"Jadi pengembang itu berlomba-lomba untuk masuk ke menengah atas sementara di menengah atas itu sebetulnya kecil, jadi yang beli itu lagi itu lagi," kata dia.
Di sisi lain, para pengembang justru mengindahkan bahwa pasar yang paling besar untuk properti di Indonesia justru kelas menengah ke bawah. Buktinya, meski di tengah kelesuan ekonomi yang dialami Indonesia, penjualan properti ini untuk kelas ini masih mampu tumbuh.
"(Penjualan) untuk kelas menengah ke bawah naik 10 persen-12 persen," ungkapnya.
Oleh sudah saatnya para pengembang ini untuk mulai fokus dalam membangun hunian bagi kelas menengah ke bawah. Dengan demikian, diharapkan sektor properti bisa kembali bergairah.
"Nah ketika menengah ke bawah itu, disitulah pengembang lupa. Tapi sekarang sudah mulai," tandasnya. (Dny/Ndw)