Pengembang Bangun 1.000 Rumah untuk Guru Seharga Rp 75 Juta

Pengembang ingin berkontribusi nyata untuk kesejahteraan para guru di Indonesia.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 31 Agu 2015, 06:40 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2015, 06:40 WIB
Perumahan.
Perumahan (Foto: REI).

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) dan Persatuan Guru ‎Republik Indonesia (PGRI) bekerjasama membangun rumah murah untuk para pengajar di Palembang dan Lampung. Rumah tersebut dijual dengan harga sangat murah, sebesar Rp 75 juta sampai Rp 110 juta per unit.

Ketua Umum APERSI, Eddy Ganefo mengungkapkan, pihaknya ingin berkontribusi nyata untuk kesejahteraan para guru di Indonesia. Dia menyebut, dari total 12 ribu lebih guru yang tercatat di‎ Kota Palembang, hampir separuhnya belum mempunyai hunian layak.

"Maka dari itu, kami menggandeng PGRI untuk bangun 500 unit rumah murah di Palembang dan sekira 500 sampai 1.000 rumah di Lampung," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (31/8/2015).

Kerjasama pembangunan rumah di dua kota itu, kata Eddy, disambut antusias besar dari daerah lainnya, seperti di Jawa Barat, Kalimantan dan sebagainya. Namun APERSI akan mendata apakah guru-guru tersebut layak atau bisa lolos saat pengajuan kredit di perbankan.

"Sebab biasanya banyak Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sudah punya pinjaman KPR, sehingga kalau mau pinjam lagi tidak bisa. Tapi mudah-mudahan untuk guru, banyak yang lolos," ucapnya.

Eddy menawarkan harga rumah yang jauh lebih murah dari harga rumah bersubsidi KPR atau Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang dipatok sebesar lebih dari Rp 120 juta. Rumah murah bagi guru ini dihargai Rp 75 juta sampai Rp 110 juta setiap unitnya.

"Harganya ada yang Rp 75 juta, Rp 90 juta dan Rp 110 juta. Itu rumah tipe 36, tapi yang membedakan hanya luas tanahnya," jelas dia.

Dirinya mengaku bahwa pemberian harga Rp 75 juta atau di bawah harga FLPP karena alasan masih ada tanah murah di Palembang dan Lampung. Berbeda dengan kondisi di wilayah Jabodetabek (kota) yang harga tanahnya sudah selangit.

"Subsidi KPR memang lebih besar untuk rumah guru, tapi itu di luar anggaran FLPP yang disediakan pemerintah dalam APBN. Kelebihan subsidi itu dibantu oleh anggaran Bapertarum (Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan) PNS yang mampu mensubsidi 100 ribu unit rumah. Jadi si guru tetap bayar bunga 5 persen dan uang muka 1 persen," terang Eddy.

Dia berharap, pembangunan rumah murah untuk guru di Palembang dan Lampung bisa terealisasi pada akhir 2015. Saat ini, APERSI sedang mengupayakan perizinan konstruksi atau pendirian bangunan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) setempat.

"Diharapkan program rumah untuk guru ini bisa mendorong perizinan lebih cepat, sehingga akhir tahun ini sudah mulai dibangun," pungkas Eddy. (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya