Rumah Botol Bekas: Ramah Lingkungan dan Anti-Peluru

Menggunakannya botol plastik sebagai material bangunan jadi salah satu cara daur ulang yang masih terus dikembangkan.

oleh Anto Erawan diperbarui 14 Apr 2016, 10:01 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2016, 10:01 WIB
Rumah Botol Bekas: Ramah Lingkungan dan Anti-Peluru
Menggunakannya botol plastik sebagai material bangunan jadi salah satu cara daur ulang yang masih terus dikembangkan.

Liputan6.com, Jakarta Kayu maupun bambu sudah biasa kita dapati sebagai material untuk membuat bangunan. Begitu pula batu bata atau bahkan beton. Namun, apakah Anda pernah membayangkan untuk membangun rumah dari botol plastik?

Proyek inilah yang mulai ditekuni di banyak daerah, terutama di negara-negara berkembang. Botol plastik menjadi pilihan karena kini keberadaannya melimpah. Setiap hari, jutaan orang mengonsumsi air minum dalam kemasan. Dengan demikian, jutaan botol juga berakhir di gunungan sampah setiap harinya.

Dinukil dari Rumah.com, seperti halnya sampah plastik lain, botol-botol minuman takkan membusuk dan terurai dengan sendirinya. Jika dibuang atau dibakar begitu saja, hanya akan menambah polusi, entah polusi tanah, air, atau udara.

Karena itu, daur ulang adalah pilihan terbaik untuk mengatasi sampah-sampah plastik. Menggunakannya sebagai material bangunan jadi salah satu cara daur ulang yang masih terus dikembangkan.

Di Nigeria, misalnya, sejak 2011 sudah mulai dipopulerkan pembangunan rumah menggunakan botol plastik sebagai bahan utamanya. Para aktivis lingkungan dan insinyur sipil memasyarakatkan ide ini kepada masyarakat setempat dan mengajarkan teknik-teknik pembangunannya.

Mereka mengisi botol-botol plastik dengan tanah kering atau serpihan material bangunan lama. Botol-botol itu kemudian ditata layaknya batu bata dan direkatkan satu sama lain dengan adonan lumpur. Untuk membangun sebuah rumah dengan tiga kamar, dibutuhkan kurang lebih 7.800 buah botol.

Dengan teknik yang sederhana ini, rumah yang didirikan memiliki beberapa kelebihan. Misalnya, anti-gempa. Selain itu, mengingat Nigeria merupakan negara rawan konflik, rumah botol juga menguntungkan karena anti-peluru.

Untuk kita di Indonesia, kualitas anti-peluru seperti itu barangkali tidak begitu dibutuhkan. Tapi botol bekas untuk membangun rumah tetaplah ide yang menarik dan patut dicoba.

Rumah botol Nigeria, detail (www.treehugger.com)

Bukan hanya material alternatif ini lebih hemat biaya, tapi juga lebih ramah lingkungan. Semakin banyak upaya yang kita lakukan untuk menggunakan atau mendaur ulang sampah-sampah plastik, tentunya akan semakin baik untuk mengatasi masalah-masalah akibat sampah yang menggunung.

Kampanye lingkungan ini pula yang coba digaungkan lewat pendirian bangunan berbahan botol plastik di tempat lain, yakni di Taipei. Setahun sebelum proyek di Nigeria dimulai, arsitek Arthur Huang merancang sebuah bangunan pusat kegiatan bernama EcoARK. Bangunan tiga lantai ini bahkan memiliki ampiteater dan aula pameran.

Untuk mengampanyekan pembangunan yang ramah lingkungan, EcoARK dibangun dengan memanfaatkan sekitar 1,5 juta buah botol plastik. Dengan cara ini, bangunan tersebut diharapkan bisa menggaungkan pesan-pesan pelestarian alam: reduce (mengurangi penggunaan barang-barang yang memboroskan sumber daya dan punya andil dalam kerusakan lingkungan) reuse (memanfaatkan kembali barang-barang bekas), dan recycle (mendaur ulang sampah-sampah menjadi barang-barang baru yang bermanfaat).

Nah, karena kampanye lingkungan kini sudah menjadi urusan semua orang, kita di Indonesia barangkali juga bisa mulai mempertimbangkan manfaat dari sampah-sampah ini sebagai material bangunan yang berkualitas.

Astrid Sepriana

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya