TOD dan Kota Mandiri, Wajah Properti Jabodetabek Saat Ini

Sebagai seseorang yang telah berkecimpung di dunia properti lebih dari 20 tahun, Mina melihat ada banyak perubahan yang terjadi dalam pasar

oleh Isnaini Khoirunisa diperbarui 12 Agu 2016, 18:00 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2016, 18:00 WIB
mina ondang
Sebagai seseorang yang telah berkecimpung di dunia properti lebih dari 20 tahun, Mina melihat ada banyak perubahan yang terjadi dalam pasar properti, khususnya ibukota Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta Mengamati laju pertumbuhan kota-kota besar di tanah air tak terlepas dari perkembangan properti yang ada di kawasannya. Dunia properti seakan tak henti mengubah wajah kota sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan gaya hidup urban.

Hal ini pula yang disorot oleh Mina Ondang, Senior member of the Investment team dari Cushman & Wakefield. Sebagai seseorang yang telah berkecimpung di dunia investasi properti lebih dari 20 tahun, Mina melihat ada banyak perubahan yang terjadi dalam pasar properti, khususnya ibukota Jakarta.

“Menurut saya, ada banyak sekali perubahannya. Salah satunya yang sering terdengar belakangan ini transit oriented development. Dimana proyek mixed use development menjadi masif dan di kemudian hari menjadi proyek favorit karena kita ngga lagi pusing dengan kemacetan di Jakarta,” tutur Mina ketika ditemui oleh tim Rumah.com

Sebagai kota yang sibuk dengan kegiatan bisnis dan gaya hidup yang cepat, kemacetan menjadi salah satu masalah yang masih belum terpecahkan.

Ketimbang memilih hunian di pusat kota, punya rumah yang dekat fasilitas transportasi pun menjadi pilihan. “Linkages kita kalau tinggal dekat proyek TOD menjadi lebih mudah,” tambahnya.

Selain TOD, konsep perumahan terpadu yang lengkap dengan fasilitas publik sehari-hari juga kian marak di temui. Tidak hanya di Jabodetabek saja, namun sejumlah pengembang nasional besar juga ada yang mengaplikasikan konsep Township (kota mandiri) di beberapa kota. Misalnya Ciputra dan Lippo Group.

“Dengan adanya township, kita tidak harus memilih tinggal di Jakarta lagi. Jadi sebutan Jabodetabek sudah sama dengan Jakarta."

"Lifestyle sudah berubah dan orang-orang bisa tinggal diBodetabek, bekerja diJakarta tapi anak-anak bisa bersekolah yang bagus tanpa harus ke pusat kota. AreaBodetabek juga sudah lengkap dengan sekolah berkualitas,” Mina menjelaskan.

Pergeseran di sektor perkantoran

Namun perubahan tren ini ternyata tak hanya terjadi di sektor residensial atau perumahan. Mina menjelaskan bahwa di sektor ritel dan perkantoran juga terjadi pergeseran yang signifikan.

“Untuk ritel misalnya, jika dulu kita hanya tau ritel sebagai tempat shopping. Tapi dengan perkembangan social media, banyak orang yang reuni dan menambah porsi F&B (food and beverages) lebih besar dari sebelumnya."

“Sementara untuk perkantoran, kini bisnis bisa dijalankan secara mobile dan tempat-tempat F&B menjadi tempat favorit untuk meeting dengan klien. Layout office sekarang juga berbeda dengan model open plan tanpa sekat agar lebih efisien dan menerapkan hot desking sehingga semua meja bisa di pakai bergantian,” ucap Mina.

Begitu pula dengan sektor pergudangan. Sebelumnya kebutuhan gudang untuk filling juga cukup banyak hingga harus sewa storage. Tapi kini dengan hadirnya e-filling kebutuhan gudang jadi lebih berkurang.

“Jadi semuanya berubah seiring dengan gaya hidup," ia memungkasi.

Sebagai seorang konsultan investasi properti khususnya di subsektor perkantoran, Mina memulai pendidikannya di bidang arsitektur. Setelah mendapat kesempatan beasiswa British Chevening Award, Mina melanjutkan peminatan untuk Master Property investment.

Kesenangannya dalam ilmu berhitung mengantarkannya fokus berkarir pada investasi properti. Berdasarkan latar belakang tersebut Mina dipilih menjadi salah satu juri dalam acara penghargaan Indonesia Properti Award 2016 yang akan berlangsung bulan Oktober ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya