Liputan6.com, Jakarta Pasar properti pada triwulan 3 tahun 2016 lalu sebenarnya telah menunjukkan kenaikan. Namun sayangnya hingga akhir tahun lalu pergerakannya seolah masih terhambat.
Memasuki awal 2017, pasar pun agaknya seolah malas bergerak. Beberapa faktor diluar siklus pun ditengarai menjadi faktor pemicunya. Ya, faktor keamanan dan politik sedikit banyak memang masih menjadi sorotan para investor.
Simak juga: Investor Wajib Kenali Empat Siklus Properti
Advertisement
Namun menurut Ali Tranghanda, pemerhati properti dari Indonesia Property Watch (IPW), bukan itu saja faktor yang memengaruhi pasar properti. “Kita bisa melihat ke belakang ketika pasar properti mulai bergaung di tahun 2009, yang naik terus sampai 2013. Ada waktu 4 tahun untuk pasar properti mencapai puncaknya.”
“Harga properti memang naik tidak terkendali. Namun di satu sisi, kenaikan ini menguntungkan para investor meski di sisi lainnya justru membuat pasar properti menjadi riskan karena kenaikannya sudah terlalu tinggi dan terindikasi over value,” tuturnya kepada Rumah.com.
Meskipun tidak akan terjadi gelembung properti yang besar, namun kondisi seperti ini menurut Ali membuat produk properti harus bercokol lebih lama di pasar agar dapat dijual kembali.
*Untuk mengetahui informasi detail dan ulasan yang mendalam terhadap produk-produk properti plus prospek investasinya, klik di sini.
Sebagai gambaran, saat ini banyak investor yang mempunyai banyak ‘barang’. Namun sayangnya belum berhasil dilepas sehingga imbasnya roda investasi pun belum berputar kembali. Seiring berjalannya waktu pasar pun mulai lesu, dan harapan investor untuk dapat menjual asetnya lebih tinggi lagi tidak juga tercapai.
“Bahkan di tahun berikutnya mungkin kenaikan harga rumah hanya sebesar 7% setahun. Orang mungkin akan berpikir rugi jika membeli rumah saat ini. Padahal bila memang mengerti siklus jangka panjang pasar properti, seharusnya paham bahwa ini merupakan bagian alamiah dari siklus. Properti bukan semata-mata investasi jangka pendek, melainkan jangka panjang,” terang Ali.
Ali juga menambahkan bahwa di sisi lain, saat ini pengembang pun tidak dapat menaikkan harga terlalu tinggi lagi karena penjualan sudah mulai seret. Kondisi ini menggambarkan bahwa di pasar telah terjadi over value dengan rasio perbedaan harga pasar sekunder dibandingkan pasar primer lebih besar dari 20%.
Sejalan dengan mulai stagnannya kenaikan harga dari pengembang, Ali menilai bahwa pasar sekunder pun mulai naik sedikit demi sedikit sampai mencapai range + 10%-15% antara pasar sekunder dan primer.
Harus diakui keseimbangan pasar saat ini belum jelas terlihat meskipun pergerakan di pasar sekunder sudah mulai terlihat. Akumulasi beberapa faktor menjadikan pasar properti saat ini terhambat.
“Namun kondisi ini bukan berarti pasar kehilangan daya beli. Pasar hanya menunggu harga yang relatif masih masuk akal mengingat pasar menengah atas sudah distempel kemahalan saat ini.”
Hal ini sejalan dengan prediksi Ali bahwa pasar yang akan menjadi primadona adalah pasar properti yang berada dalam range harga Rp 500 sampai 1 miliar secara umum.
Lalu kapan pasar akan menunjukkan pergerakan yang nyata? Menurut Ali ada beberapa faktor yang diprediksi bisa menjadi pendorong, seperti:
- Dampak politik yang relatif akan menurun sampai triwulan 2 tahun 2017,
- Program amnesti pajak yang akan berakhir pada Maret 2017 dengan capaian repatriasi yang terus masuk,
- Beberapa proyek infrastruktur mulai dapat dirasakan manfaatnya,
- Tren perekonomian nasional yang membaik
Jika hal diatas sudah terlaksana maka paling tidak di semester kedua tahun 2017 pasar akan terlihat lebih bergeliat – meskipun siklus besar sudah terlihat di triwulan 3 tahun 2016.
Namun ada yang sedikit berbeda dengan siklus pasar saat ini. Dengan perkiraan semester II tahun 2017 pasar akan naik, maka waktu untuk mencapai puncak tahun 2019 sesuai perkiraan periode siklus, menjadi singkat, atau kurang lebih 1,5 tahun.
Ali juga berharap bahwa pasar properti nasional akan terus memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara. “Tidak hanya bagi segmen menengah atas, namun pasar perumahan sederhana juga semakin tumbuh.”
Foto: Pexels