Mengapa Gunung Bromo Meletus Tiap Hari?

Gempa letusan Gunung Bromo terbanyak pada Kamis, 21 Januari 2016 dengan 129 kali gempa.

oleh Zainul Arifin diperbarui 22 Jan 2016, 21:23 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2016, 21:23 WIB
20160105-Erupsi Gunung Bromo Jadi Objek Wisata Dadakan-Jatim
Seorang warga setempat duduk di bangku kayu sambil melihat Gunung Bromo yang sedang erupsi di Ngadisari, Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (5/1/2016). (REUTERS/Darren Whiteside)

Liputan6.com, Malang - Gempa letusan dan suara dentuman gemuruh dari dalam kawah Gunung Bromo di Jawa Timur terdengar setiap hari. Pada hari Jumat (22/1/2016) ini dari pagi sampai siang saja terekam 32 kali gempa letusan.

Namun, hasil pantauan dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Bromo itu tak mengubah status gunung tersebut tetap Siaga level III.
 
Kepala PGA Bromo Ahmad Subhan mengatakan, sejak status Bromo naik dari Waspada ke Siaga pada 4 Desember 2015, setiap hari terjadi gempa letusan. Terbanyak pada Kamis, 21 Januari 2016  dimana terekam 129 kali terjadi gempa letusan.
 
"Gempa letusan kalau besar suaranya ya berdentum, tapi kalau kecil hanya gemuruh dari dalam kawah. Suaranya bisa terdengar jauh, tapi sering hanya terdengar di dekat kawah saja," kata Subhan  di Malang, Jawa Timur, Jumat (22/1/2016).

Dia menyebut, hujan lebat di sekitar kawah Bromo mempengaruhi terjadinya gempa letusan. Suplai air ke dalam kawah semakin besar dan meningkatkan gas di dalam kawah menjadi besar. Letusan identik dengan gas yang semakin meningkat.

"Air yang terkontak dengan magma itu bereaksi akhirnya terjadi gempa letusan itu," tutur Subhan.

Mengapa Setiap Hari Meletus?

Timbulnya suara dentuman dan gemuruh akibat gempa letusan itu disebut sebagai hal yang normal saat fase erupsi panjang. Secara visual, aktivitas itu menyebabkan asap solfatara abu vulkanis menjadi lebih pekat.

Meski demikian, hal itu tak mempengaruhi status gunung yang tetap Siaga level III. Status gunung baru dinaikkan jika dinilai sudah berpotensi mengancam permukiman penduduk sekitar.
 
"Keputusan menaikkan status gunung itu dengan melihat dan mengukur ancamannya. Kalau sudah mendekati permukiman baru dinaikkan statusnya. Radius aman tetap 2,5 kilometer dari kawah," papar Subhan.

Gempa yang terjadi setiap hari ini memang karakter letusan Gunung Bromo yang terjadi secara bertahap. Berbeda dengan Gunung Kelud yang mengeluarkan hanya 1 kali letusan namun dengan skala besar pada 14 Februari 2014.

Tapi justru kondisi Bromo seperti ini lebih menguntungkan karena energi yang dilepaskan terus-menerus setiap harinya. Sehingga energinya tak keluar sekaligus.
 
"Sistem magmatik di Bromo ini sudah terbuka, maka ada gempa letusan setiap hari dan tidak terakumulasi energinya yang justru bisa berbahaya karena sekali meletus tapi besar," tandas Subhan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya