Titipan Berharga dari Korban Kapal Tenggelam di Johor

Kepada adik iparnya, Agus Susanto sempat berpamitan dan menitipkan hartanya paling berharga saat hendak berangkat ke Malaysia.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 29 Jan 2016, 10:01 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2016, 10:01 WIB
Titipan Berharga Seorang Korban Kapal Tenggelam di Johor
Kepada adik iparnya, Agus Susanto sempat berpamitan dan menitipkan hartanya paling berharga saat hendak berangkat ke Malaysia.

Liputan6.com, Kendal - Tewasnya Agus Susanto akibat tenggelamnya kapal di perairan Johor, Malaysia, menyisakan duka bagi keluarga dan kerabat. Gurat kesedihan terbaca di wajah ibu, kakak, dan adiknya saat jenazah Agus tiba di Botomulyo, Cepiring, Kendal, Jawa Tengah.

Sang ibu, Sri Badriah, terlihat paling tegar menyambut jenazah anak kelimanya itu. Sementara air mata kakak dan adik Agus menggantung berusaha menahan tangis.

"Sudah. Kita percaya saja. Peti tidak usah dibuka. Kita doakan semoga khusnul khotimah," kata Sri menghibur anak-anaknya, Kamis malam, 28 Januari 2016.

Saat doa dilantunkan, seorang perempuan muda menangis di sudut rumah. Ia adalah Sri Muljati, adik ipar Agus. Kepada perempuan yang akrab disapa Atik itu, Agus sempat berpamitan saat hendak berangkat ke Malaysia. 

Saat itulah Agus juga menitipkan ke-3 buah hatinya hasil dari 2 perkawinannya. Menurut Atik, pernikahan pertama Agus yang kandas dianugerahi 2 anak. Istri pertamanya itu kini sudah menjadi warga negara Malaysia.


"Saya tidak menyangka jika maksud titip adalah akan ditinggalkan selamanya," kata Atik.

Mata Atik memandang nanar Erik Maulana Musa (9), Abdul Ghofur (7), dan si bungsu Diah Septi Yulia Pratiwi (5), ketiga anak Agus. Kesedihan yang dirasakan Atik itu bukan karena merasa direpotkan mengurus tiga anak Agus, tapi justru keinginan istri Agus, Siti Maemunah, yang saat ini menjadi buruh migran di Singapura.

"Kalau saya tidak menjalankan amanah kakak saya, mungkin saya dosa. Tapi kalau menjalankan, anak-anak masih punya ibu kandung yang belum diajak bicara. Karena dulu Mbak Siti Maemunah sempat menyampaikan tekadnya untuk merawat anak-anaknya," tutur Atik.

Kebingungan Atik sebenarnya bisa dituntaskan andai ia bisa berdiskusi dengan Siti Maemunah. Namun, keinginan itu terhalang izin dari majikan tempat Siti Maemunah bekerja.

"Sementara akan saya rawat sambil menunggu kepulangan ibunya," ucap Atik.

Setelah doa selesai, keluarga beserta puluhan warga desa mengantarkan jenazah Agus ke pemakaman umum Jamblangan, Cepiring. Setelah pemakaman usai, semua kembali ke rumah masing-masing. Hanya tersisa diskusi serius antar-anggota keluarga membahas rencana pendidikan anak-anak Agus.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya