Liputan6.com, Surabaya - Ketersediaan stok darah trombosit di Palang Merah Indonesia Cabang Surabaya menipis seiring banyaknya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Ada lonjakan permintaan darah trombosit untuk penderita DBD.
Kepala Humas PMI Surabaya, Agung Trijuanto, mengatakan bahwa permintaan darah trombosit kali ini tidak hanya dari rumah sakit di Surabaya. Permintaan juga dari beberapa rumah sakit di Mojokerto, Jombang, dan Lamongan.
Dia menyebutkan permintaan stok darah trombosit beberapa hari terakhir mencapai 150 kantong per hari. Sementara ketersediaan per Selasa, 2 Februari 2016, tersisa 209 kantong darah trombosit.
"Padahal biasanya permintaan itu cuma 50 kantong per hari." kata Agung di Surabaya, Rabu (3/3/2016).
Oleh sebab itu, kata dia, pihaknya berharap dengan menipisnya stok darah trombosit bisa diimbangi kesadaran masyarakat untuk mendonorkan darahnya.
Baca Juga
"Jadi untuk memenuhi kebutuhan permintaan, kita juga terpaksa jemput bola dengan menggelar kegiatan donor darah di pusat-pusat perbelanjaan," kata Agung.
Korban Meninggal 40 Orang
Pemerintah Provinsi Jawa Timur mencatat sebanyak 40 orang telah meninggal dunia akibat serangan demam berdarah selama Januari 2016. Angka pasien meninggal itu dari 2.027 kasus demam berdarah di Jawa Timur selama Januari lalu.
Kasus DB ini menurun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Pada Januari 2015, tercatat 4.584 kasus dengan korban meninggal dunia 59 orang.
Pelaksana Tugas Kepala Biro Humas dan Protokol Setdaprov Jatim, Mujib Affan, mengatakan, pada Januari lalu terdapat 5 kabupaten dengan jumlah kasus demam berdarah tertinggi, yakni Pacitan sebanyak 152 kasus, Jombang 148 kasus, Kediri 94 kasus, Bangkalan 89 kasus, dan Sumenep 76 kasus.
Mujib menambahkan bahwa jumlah korban meninggal terbanyak di Jombang yaitu 6 orang, selanjutnya Kabupaten Kediri dan Kabupaten Mojokerto masing-masing 4 orang.
"Bojonegoro dan Kabupaten Malang 3 orang," kata Mujib di Surabaya, Rabu (3/2/2016).
Mujib menambahkan ada daerah di Jatim yang mengalami kenaikan jumlah kasus lebih dari 2 kali lipat dibandingkan bulan sama pada 2015, yaitu Sidoarjo dan Kota Probolinggo.
  Â
"Di Sidoarjo pada Januari 2015 sebanyak 21 kasus dan 2016 jadi 45 kasus. Sedangkan Kota Probolinggo pada Januari 2015 sebanyak 20 kasus dan 2016 jadi 47 kasus," kata Mujib.