Aliran Sesat di Maros Terungkap Berkat Gelang Tangan

Ajaran itu mengajarkan manusia untuk kawin dengan jin agar terhindar dari kemiskinan.

oleh Eka Hakim diperbarui 05 Mar 2016, 11:33 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2016, 11:33 WIB
Berkat Gelang Tangan, Keberadaan Aliran Sesat di Maros Terungkap
Ajaran itu mengajarkan manusia untuk kawin dengan jin agar terhindari dari kemiskinan.

Liputan6.com, Maros - Sebanyak 10 warga yang diduga hendak menyebarkan ajaran menyimpang diamankan di Kampung Sambueja, Desa Sambueja, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulsel, pada Jumat , 4 Maret 2016, sekitar pukul 21.00 Wita.

Ajaran itu menyebutkan perkawinan antara jin dan manusia dapat menghindarkan dari kemiskinan.

Kepala Bagian Operasional Polres Maros, Kompol Ahmad Mariyadi mengatakan ke-10 warga tersebut bukanlah warga asli Desa Sambueja, tapi pendatang yang awalnya mengaku hendak berekreasi ke Taman Wisata Bantimurung.   

Adapun nama-nama kesepuluh orang tersebut adalah  Andi Naloi P Ma (55) asal Majene Sulbar, Amir (40) asal Demak, Andi Basso Lolo (66) asal Kab Wajo, Sulsel, Mufi (48) asal Palopo, Sulsel, Muin (68) asal Kab Wajo, Sulsel, Sahar (34) asal Kab Maros, Sulsel, Ilham (28) asal Palopo, Sulsel, Jumaat (50) asal Palapo, Sulsel, Yusriani (34) asal Majene, Sulbar dan Putra Alamsah (5) asal Majene, Sulbar.

"Setelah diinterogasi mereka mengakui dari Lembaga Amanah Amaliah Alallahi yang hendak menyebarkan ajarannya bagaimana masyarakat bisa terhindar dari bala dan kemiskinan dengan cara mengawinkan manusia secara gaib atau dengan jin," kata Mariyadi saat dikonfirmasi via telepon, Sabtu (5/3/2016).


Setelah berembuk dengan tokoh agama setempat, polisi menyimpulkan ajaran yang dibawa ke-10 orang itu tidak benar. Mereka kemudian dipulangkan kembali ke kampungnya di Polewali Mandar (Polman), Provinsi Sulbar.

Mariyadi menyatakan para pendatang itu belum sempat menyebarkan ajarannya di Desa Sambueja karena sebelumnya telah dicurigai warga setempat dan berhasil diamankan terlebih dahulu.

"Mereka tadi sudah dipulangkan ke kampung halamannya masing-masing dan diminta tidak datang ke Desa Sambueja lagi untuk kegiatan tersebut," ucap Mariyadi.

Dari informasi yang dihimpun Liputan6.com, keberadaan mereka terungkap saat anggota Yonif Linud 433 yang sedang salat Jumat keliling menerima informasi adanya orang tak dikenal menempati rumah seorang warga bernama Sani. Keberadaan mereka dipertanyakan karena tidak melapor kepada aparat setempat.

Setelah itu, aparat berkoordinasi dengan kepala desa setempat untuk mengecek kebenaran informasi itu. Berdasarkan penelusuran, mereka ternyata sudah berada di kampung itu selama 3 hari walau pemilik rumah yang ditempati sedang berada di Makassar.

Saat diinterogasi, kesepuluh orang tak dikenal itu mengaku datang ke Desa Sambueja untuk mencari kerja dan berekreasi ke Bantimurung. Pengakuan itu tidak langsung dipercaya karena lengan kanan mereka terikat tali gelang.

Kepada petugas, perwakilan kelompok itu mengatakan tali gelang tersebut untuk menghindari bala atau gangguan setan. Aparat kemudian memeriksa semua barang bawaan untuk mengonfirmasi penuturan mereka.

Dalam penelusuran ditemukan dokumen berupa berkas seperti foto mistis dan berkas Lembaga Amanah Amaliah Alallahi yang bertujuan untuk merekrut umat supaya menjadi manusia yang taat kepada Allah SWT dan terhindar dari kemiskinan.

Lembaga tersebut berdiri pada September 2014 dan beralamat di Dusun 1, Desa Segerang, Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polman, Provinsi Sulbar.

"Dan tujuan kedatangannya ke Desa Sambueja untuk merekrut warga supaya masuk ke aliran yang dibawanya," kata Mariyadi.

 

*** Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV dan Indosiar pukul 06.00-09.00 WIB. Klik di sini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya