Liputan6.com, Padang - Ada beragam kisah hadir dari segelas kopi. Minuman berwarna hitam dengan rasa pahit itu setia memanggil penikmatnya untuk menghirup aroma wangi yang tak pernah menjemukan.
Ketika di tempat lain segelas kopi adalah simbol prestise, ego dan keangkuhan peminum atas pencapaian hidup, di Kedai Kopi Ongga, lewat secangkir kopi orang dapat menebar kebahagiaan dan kepedulian kepada mereka yang kurang beruntung.
Berlokasi di Jalan Pasar Mudiak, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat, Program Kopi Dinding menyentak kesadaran publik. Ternyata, berbagi segelas kopi kepada mereka yang membutuhkan itu membahagiakan.
Pagi itu seorang warga Padang Candra melintas di depan Kedai Kopi Ongga. Ia berkesempatan menikmati lahapnya sepiring lontong dan segelas kopi susu secara gratis.
Pria berkulit gelap itu hanya seorang pekerja serabutan. Bahkan sejak beberapa hari lalu nyaris tidak bekerja. Suguhan sepiring lontong dan segelas kopi gratis ala kopi dinding jadi penebus sarapan yang belum sempat dilakoninya.
Ada banyak Candra lain yang dalam keterbatasan, dapat menikmati hidangan kopi dinding Kedai Ongga dengan gratis.
Baca Juga
Tempel Stiker
Salah seorang pengagas Program Kopi Dinding Miko Kamal menceritakan program ini untuk berbagi kepada sesama dengan cara setiap pengunjung yang ingin berpartisipasi, ketika memesan makan dan minum di Kedai Ongga membayar dua kali lipat.
Misalnya jika pesan segelas kopi harganya Rp 8.000, maka yang bersangkutan membayar Rp 16.000 karena segelas yang satunya untuk kopi dinding. Kemudian tulis menu yang dipesan pada selembar stiker dan tempelkan di dinding.
"Kalau pesan kopi susu, berarti pengunjung akan menulis kopi susu di stiker dan tempel di dinding kedai," ucap Miko seperti dilansir Antara, Sabtu (12/3/2016).
Advertisement
Baca Juga
Ketika ada pengunjung lain yang kurang mampu, mereka dapat menikmati menu yang ada di kedai tersebut secara gratis dengan mengambil stiker yang ditempel di dinding dan menyerahkan kepada kasir.
Kalau ingin kopi ambil saja stiker yang bertuliskan kopi, serahkan kepada kasir maka akan diberikan cuma-cuma karena sudah dibayar oleh pengunjung yang menempelkan stiker, ujar dia.
Miko menjelaskan, program ini ditujukan kepada mereka yang kurang mampu seperti petugas kebersihan, kaum duafa, buruh angkat, dan tukang parkir.
Apalagi kawasan Pasar Mudiak merupakan pusat pergudangan dan bongkar muat barang yang ramai dengan kehadiran buruh angkat setiap hari.
"Jadi prinsipnya orang yang membayar tidak tahu siapa yang ditraktir. Dan yang menerima juga tidak tahu siapa yang telah membayar menu yang disantap," ujar Miko yang sehari-hari berprofesi sebagai pengacara dan dosen.
Miko mengatakan program ini sudah dimulai sejak 27 Februari 2016 dan mendapat sambutan cukup baik dari warga kota. "Dengan berbagi akan membuat hidup lebih bahagia."
Ala Venezia
Ia menyampaikan program ini berawal dari tulisan yang dibagikan lewat grup media sosial tentang keheranan salah seorang pengunjung kafe di Venezia, Italia. "Setiap ada yang datang bilang kepada pelayan pesan untuk kopi dinding satu, rupanya itu adalah program berbagi," beber Miko .
Tanpa pikir panjang, Miko langsung dan mengajak teman-temannya untuk menerapkan hal serupa di Padang. "Karena rutin menyambangi Kedai Kopi Ongga, saya tertarik menerapkannya, ketika disampaikan kepada pengelola kedai langsung setuju," lanjut dia.
Ia menyampaikan Kedai Kopi Ongga dipilih karena lokasinya strategis dan yang paling penting di kawasan itu banyak gudang sehingga ramai oleh para buruh. Sejak itu Miko rajin mengajak teman, relasi untuk sarapan dan berpartisipasi pada program kopi dinding di Kedai Ongga hingga tiga kali seminggu.
Menjawab kekhawatiran sejumlah pihak seandainya kopi dinding dinikmati oleh orang yang tidak tepat ia mengatakan program ini sepenuhnya memegang teguh prinsip kepercayaan dan kejujuran.
"Memang tidak bisa sepenuhnya tepat, tapi kami percaya kepada pengelola untuk mengawasi, kalau semua selalu diawali kecurigaan tidak akan jalan," kata dia.
Menurut dia, berdasarkan informasi pengelola kedai, orang yang berkecukupan tidak ada yang mau mengambil dan menikmati menu gratis. "Kami yakin orang yang mampu tidak akan mau mengambilnya, tapi kalau lupa bawa uang saat minum kopi, ambil stiker di dinding boleh saja," tutur Miko.
Program Kopi Dinding ternyata menarik perhatian warga Padang yang mendapatkan cerita dari mulut ke mulut dan media sosial.
Gubernur Bertandang
Pada Jumat 11 Maret 2016, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno bahkan menyambangi Kedai Kopi Ongga untuk ikut berbagi lewat program itu. "Saya dapat cerita dari kawan-kawan ada program kopi dinding, akhirnya karena penasaran ke sini," ujar Irwan.
Menurut Irwan, program ini bagus lantaran memfasilitasi orang untuk berbagi kepada sesama. Terlebih pada dasarnya setiap orang punya jiwa sosial dan keinginan untuk berbagi, namun sarananya tidak ada.
"Dengan kopi dinding akan muncul peluang untuk saling berbagi dan beramal," imbuh Irwan.
Ia mengatakan secara nilai memang tidak seberapa, namun memfasilitasi orang untuk saling berbagi perlu diacungi jempol. Usai menikmati hidangan di kedai kopi Ongga, Irwan meminta stiker kepada pengelola dan menulis langsung menu untuk ditempel di dinding.
Gubernur Irwan langsung menulis kopi 10 gelas, lontong 10 piring, mi goreng 10 porsi dan paruik ayam 10. Ia kemudian langsung menempel sendiri stiker tersebut di dinding kedai.
Branch Manajer Dompet Dhuafa Singgalang Musfi Yendra melihat dalam program ini ada nilai-nilai keikhlasan bagi yang membayar dan ada kejujuran buat yang mengambil.
"Bagi yang ingin menikmati tentu akan berpikir apakah berhak untuk menikmatinya," kata dia.
Menurut dia, kopi dinding adalah cara sederhana tapi unik untuk mengasah sikap kedermawanan. Setiap kali mau makan atau minum, bisa mengingat orang miskin yang tak punya uang untuk membeli makanan.
"Dengan menempel di dinding juga menjaga keikhlasan dalam beramal, sebab pengunjung tidak tahu siapa yang akan mengambil minuman atau makanan yang dibagi," imbuh Musfi.
Omzet Justru Meningkat
Adapun pengelola Kedai Kopi Ongga, Sutoyo mengatakan sejak program kopi dinding tersebut diluncurkan pengunjung jadi lebih ramai dan omzet meningkat. "Ada penambahan pengunjung hingga 30 persen, banyak wajah baru yang datang, dari wisatawan asing hingga Gubernur Sumbar juga ke sini."
Sutoyo memastikan yang berhak menikmati kopi dinding adalah mereka yang membutuhkan dan selama ini berjalan dengan baik.
Pada awalnya karena belum tahu program kopi dinding, sosok yang akrab di sapa Mas Yoyok ini sengaja mengajak beberapa orang yang dinilai pantas menerima program ini.
"Ada tukang sampah saya panggil ini ada kopi dinding, silahkan ambil stiker nikmati makanannya gratis tolong sampaikan juga kepada yang lain," ujar Sutoyo.
"Memang ada yang curiga ini dalam rangka apa, siapa yang memberi, tapi setelah dijelaskan akhirnya orang mau," lanjut dia.
Kedai Ongga merupakan warung kopi tradisional yang berdiri sejak tahun 1952. Di dalam kedai berukuran sekitar 5 × 8 meter itu tersedia berbagai macam menu sarapan dan minuman.
Setelah pendirinya Zainoen Ongga wafat pada 1997, sekarang Lapau Ongga dikelola oleh anak-anaknya, yakni Nuryetti dan Warnis beserta menantunya, Sutoyo.
Buka sejak pukul 06.00 WIB, Kedai Ongga menyediakan sarapan lontong, kue kue, minuman berupa teh telur, teh manis panas, teh es, teh susu, kopi hitam panas, kopi susu panas, dan minuman favorit kopi es.
Dari kedai kopi tradisional itu lahir kebahagiaan bagi penikmat program dan tentunya lebih berbahagia pengunjung yang mau berpartisipasi mengacu pada prinsip orang bijak, yaitu kebahagiaan tertinggi adalah saat berbagi.
Advertisement