Terungkap, Lumpur dan Batu Membuat Jayapura Gelap Gulita

Gangguan listrik serius melanda Jayapura dan sekitarnya. Pemadaman total dirasakan masyarakat hingga seharian.

oleh Katharina Janur diperbarui 02 Apr 2016, 10:10 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2016, 10:10 WIB
Pemadaman Listrik di Jayapura
Ilustrasi Mati Lampu (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jayapura - Sepekan ini, Kota Jayapura dan sekitarnya sering gelap gulita. Pemadaman listrik bergilir diberlakukan sepanjang hari.

Masyarakat Jayapura dan sekitarnya juga sering mengalami pemadaman total. Misalnya, pada 31 Maret lalu, pemadaman total dirasakan masyarakat hingga seharian.

Setelah diusut, gangguan listrik ini terpicu gangguan pada salah satu peralatan listrik di PLTD Yarmokh. Akibatnya, terjadi pemadaman total pada sistem ketenagalistrikan Jayapura.  

Upaya menormalkan sistem dilakukan secara bertahap sejak Jumat, 1 April 2016. "Mulai dari daerah Sentani, Waena, hingga Kota Jayapura," kata Septian Pujianto dari bagian Humas PT PLN (Persero) wilayah Papua dan Papua Barat, kepada Liputan6.com via telepon, Jumat, 1 April 2016.

Gangguan pemadaman listrik terjadi karena beratnya beban PLTD Yarmorkh. Ini terjadi sebagai akibat tidak bekerjanya PLTA Orya Genyem sejak 29 Maret lalu.


"PLTA Orya Genyem mati total karena tingginya sedimentasi di Sungai Sermoi yang memasok air pada PLTA tersebut. Tak hanya lumpur, batang kayu ukuran besar juga ada dalam sedimentasi ini," ucap dia.

Lumpur, kayu, dan bebatuan terus menghalangi air untuk masuk dalam penampungan bak PLTA yang menjadi bahan baku  proses bekerjanya PLTA Orya Genyem.

"Setiap hari ada 12-15 petugas PLN yang terus membersihkan material ini. Kami bahkan mengerahkan alat berat untuk mempercepat proses pembersihan ini. Pembersihan material akan terus dilakukan hingga 4 April mendatang," kata dia.

Pembalakan Riau

Sedimentasi yang menghalangi air di PLTA disebabkan tingginya pembalakan liar di hutan sekitar Sungai Sermoi. Jika hujan turun, material itu terbawa arus sungai.

"Seharusnya dengan debit air yang tinggi seperti sekarang ini, Jayapura dan sekitarnya tak mengalami pemadaman," tutur Septian.

Menurut Septian, untuk beroperasi normal dua mesin PLTA berkekuatan 2x10 MW dibutuhkan air dengan kecepatan 13 kubik per detik. "Tetapi karena banyaknya material, maka air terhalang untuk masuk,"ucap Septian.

Akibat terganggunya PLTD Yarmokh, sistem kelistrikan di Jayapura mengalami defisit daya sekitar 5 MW. PT PLN setempat meminta pelanggan di Jayapura dan sekitarnya membantu mengurangi pemadaman akibat defisit tersebut.

Pelanggan rumah tangga diminta untuk menerapkan perilaku hemat energi dengan mematikan minimal dua titik lampu (50 watt). Pemilik industri, hotel, mal, dan pelanggan yang mempunyai genset diminta mengoperasikan gensetnya pada beban puncak.

"Kami meminta maaf kepada pelanggan atas masalah ini. Semoga dalam beberapa hari ke depan laju sedimentasi lumpur di Sungai Sermoi dapat berkurang dan pelayanan kami dapat kembali normal," katanya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya