Kesurupan Warnai Upacara Adat untuk Tolak Reklamasi Benoa

Meski diwarnai kesurupan, ribuan umat peserta upacara terus melanjutkan prosesi yang digelar untuk menolak reklamasi Teluk Benoa.

oleh Yudha Maruta diperbarui 11 Apr 2016, 11:01 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2016, 11:01 WIB
Kesurupan Warnai Upacara Adat untuk Tolak Reklamasi Benoa
Meski diwarnai kesurupan, ribuan umat peserta upacara terus melanjutkan prosesi yang digelar untuk menolak reklamasi Teluk Benoa. (Liputan6.com/Yudha Maruta)

Liputan6.com, Denpasar - Ribuan warga dari 28 desa adat yang tergabung dalam Pasubayan Desa Adat Menolak Reklamasi Teluk Benoa, menggelar upacara Pakelem atau melarung hewan suci di Laut Teluk Benoa, Minggu, 10 April 2016. Prosesi Upacara Pakelem itu diwarnai kesurupann dua warga yang bertugas mengusung sarana upacara.
 
Saat iring–iringan ribuan warga dan aktivis lingkungan menuju pantai, dua orang tiba-tiba berteriak histeris dan mengeluarkan suara-suara aneh. Sejumlah warga sontak kaget dan berusaha menenangkannya. Sebagian warga lainnya kembali melanjutkan perjalanan menuju titik utama tempat ritual Pakelem digelar, yakni di tengah Laut Teluk Benoa.
 
Usai doa dan persembahyangan di sebuah ponton atau dermaga apung, kerasukan kembali terjadi. Kali ini menimpa seorang sulinggih atau pemimpin persembahyangan.

Ia tiba–tiba berteriak dan tertawa lantang. Meski begitu, ritual puncak tetap berlanjut dengan dipimpin sulinggih lain yang melarung dua ekor ayam ke tengah laut.


"Memohon kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa agar perjuangan kita direstui, agar puputan ini diberkati dan diberi kekuatan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Yang kedua agar rencana reklamasi Teluk Benoa dibatalkan dan yang terakhir agar semesta kekuatan Tuhan Yang Maha Esa membuka hati pimpinan negara kita kepada Bapak Jokowi agar mencabut Perpres Nomor 51 tahun 2014," kata aktivis lingkungan Wayan Gendo Suardana usai persembahyangan di Pura Sakenan, Minggu, 10 April 2016.
 
Sebelum melarung, ribuan warga itu menggelar persembahyangan di Pura Sakenan, Desa Serangan, Denpasar. Upacara itu merupakan rangkaian kegiatan persembahyangan yang dilakukan warga yang menolak reklamasi Teluk Benoa.

"Ini adalah agenda Pasubayan 28 Desa Adat dengan melakukan persembahyangan," ucap Wayan Gendo.
 
Persembahyangan di Pura Sakenan itu merupakan rangkaian terakhir dari tiga persembahyangan yang dilakukan. Beberapa minggu sebelumnya warga bersembahyang di Pura Samuan Tiga Batur dan Pura Besakih. Selanjutnya, warga bersembahyang di Pura Dalem Ped.

"Fokus yang utama kita adalah agar upaya reklamasi Teluk Benoa dibatalkan, dan juga dalam upaya menyelamatkan pesisir Indonesia termasuk di berbagai belahan pulau–pulau lainnya di Indonesia," tegas Wayan Gendo.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya