Liputan6.com, Serang - Jejak sejarah maritim Banten sudah tercetak jauh sebelum kerajaan berdiri. Semua bermula dari kedatangan para perantau dari negeri Bharata, India, pada 100 Masehi.
Budayawan sekaligus keluarga Kenadziran Banten, Tubagus Saptani Suria mengisahkan para perantau itu singgah dan tinggal di wilayah Teluk Lada yang berada di kawasan Pandeglang, Banten. Mereka yang datang umumnya hendak mencari rempah lada.
"Pada saat itu dikenal sosok sesepuh dengan nama Aki Tirem. Menurut naskah Wangsakerta dituliskan pada tahun 120 Masehi, beliau adalah penguasa setempat," ujar Saptani, saat ditemui di Kompleks Kesultanan Banten, Kota Serang, Kamis, 14 April 2016.
Para perantau negeri Bharata yang didominasi saudagar itu dipimpin oleh Dewawarman. Ia kemudian mendekati Aki Tirem lewat budaya untuk mempererat hubungan. Upayanya berhasil. Aki Tirem bersedia menikahkan putrinya, Dewi Pwahaci Larasati, dengan Dewawarman.
Setelah pernikahan itu, Dewawarman memutuskan menetap di Banten. Ia mampu meraih kepercayaan Aki Tirem hingga jelang ajalnya, tongkat kekuasaan diestafetkan kepada Dewawarman.
Baca Juga
"Di daerah Teluk Lada inilah, Dewawarman mendirikan kerajaan pertama di Nusantara yang bernama Salakanagara atau Negara Perak," kata Saptani.
Berdasarkan situs yang ada, Salakanagara diyakini berlokasi di Desa Cihunjuran, kaki gunung Pulosari, yang berada di Kabupaten Pandeglang, Banten.
Negeri Perak semakin berkembang seiring semakin banyaknya saudagar dari negeri Bharata yang singgah. Kepercayaan yang beredar di masyarakat, sang raja sengaja mendirikan pelabuhan terbesar pada zamannya yang berlokasi di Ujung Kulon untuk menyambut para perantau.
Para tentara laut mengontrol ketat arus lalu lintas kapal dagang yang melewati daerah tersebut. Pelabuhan itu diyakini menjadi persinggahan kapal yang akan menuju wilayah Australia sekaligus penghubung Sumatera dengan Jawa.
"Menurut Glaudius Ptolemous dalam sebuah peta purbakalanya, Banten masih berperan sebagai bentuk wilayah maritim terlihat ada pelabuhan yang menjadi lokasi penting seperti Ujung Kulon," kata Saptani.
Dari pelabuhan itu, para petani lada Banten dan nelayan mampu menghidupi keluargnya dan meningkatkan taraf perekonomian. Bahkan, banyak yang percaya jika Teluk Lada adalah cikal bakal Teluk Banten kini.
"Lokasi ini yang menjadi sentral datangnya perantau-perantau dari segala penjuru menuju lokasi yang subur untuk disinggahi dan menjadi tempat tinggal dalam jangka waktu yang lama," tutur Saptani.
"Jika ditinjau secara etimologi, Banten berasal dari kata Jawa kuno atau Babanten, yang artinya kata Pabantenan dengan mempunyai pengertiannya menjadi persembahan, pemujaan atau tempat memuja," kata Saptani lagi.